Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Tetap Rendah, Gubernur Fed Yakinkan Inflasi Terkendali

Kebijakan untuk menahan suku bunga mendekati nol kemungkinan akan mendorong harga di tengah melonjaknya permintaan. Namun, Fed menilai kenaikan harga ketika ekonomi dibuka kembali tidaklah sama dan tidak mungkin mengarah pada inflasi tahunan yang tinggi.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Federal Reserve Jerome Powell berupaya meredam kekhawatiran mengenai inflasi seiring keputusannya menahan suku bunga mendekati nol.

Dia juga mempertahankan program pembelian obligasi senilai US$120 miliar per bulan karena pemulihan ekonomi Amerika Serikat semakin cepat.

"Ekonomi mulai bergerak maju dengan momentum nyata," kata Powell usai pertemuan Federal Open Market Comittee, dilansir Bloomberg, Kamis (29/4/2021).

Kebijakan untuk menahan suku bunga mendekati nol kemungkinan akan mendorong harga di tengah melonjaknya permintaan. Namun, Powell menilai kenaikan harga ketika ekonomi dibuka kembali tidaklah sama dan tidak mungkin mengarah pada inflasi tahunan atau year-on-year yang lebih tinggi.

Powell mengenyampingkan masalah kekurangan tenaga kerja dengan menjelaskan bahwa hal itu sebagian besar merupakan masalah alokasi. Sementara itu, dia juga mencatat bahwa jutaan pekerja yang dipecat selama pandemi masih belum mendapat mata pencaharian baru.

Dia juga mengatakan bahwa pengusaha tampaknya belum menaikkan gaji ada klaim kelangkaan pekerja di beberapa sektor. Powell mengecilkan kenaikan harga barang karena masalah penawaran menyusul permintaan saat pemulihan berlangsung.

Dalam satu jawaban rinci tentang inflasi, dia tampaknya membaca dari catatan, memperkuat kesan bahwa dia berharap akan dihadapkan pada tekanan harga di tengah kebijakan Fed yang sangat lunak.

"Saya menjauhi itu bahkan tidak ada diskusi awal tentang perubahan kebijakan yang akan terjadi,” kata kepala ekonom Carl Tannenbaum di Northern Trust di Chicago. Dia memberikan dukungan penuh terhadap pandangan Fed tentang inflasi dan lapangan kerja.

Sementara itu, Presiden Joe Biden mengungkap rencana besar senilai US$1,8 triliun untuk memperluas pendidikan dan perawatan anak ketika dia berpidato di sesi gabungan Kongres, Rabu (28/4/2021) sambil menyoroti proposal infrastruktur senilai US$2,25 triliun dan paket bantuan pandemi senilai US$1,9 triliun yang dia tandatangani menjadi undang-undang bulan lalu.

"Kami terus memperkirakan pengurangan akan terjadi pada kuartal pertama 2022 dan kenaikan suku bunga akan dimulai sekitar 2024 hingga 2025," kata Ekonom Bloomberg Carl Riccadonna dan Yelena Shulyatyeva.

Pada saat yang sama, peningkatan kasus virus Corona di beberapa wilayah di seluruh dunia membayangi prospek pertumbuhan global, memberi alasan bagi pembuat kebijakan untuk tetap bersabar dalam menarik dukungan.

Menandai peningkatan yang jelas sejak Covid-19 terjadi lebih dari setahun yang lalu, The Fed mengatakan dalam pernyataannya bahwa risiko terhadap prospek ekonomi tetap ada. Bank sentral itu melunakkan bahasa sebelumnya yang merujuk pada virus yang menimbulkan risiko yang cukup besar.

Para bankir sentral AS mengulangi bahwa mereka tidak akan mengubah laju pembelian obligasi sampai kemajuan substansial lebih lanjut dibuat pada tujuan pekerjaan dan inflasi mereka. Kisaran target dari suku bunga dana federal patokan dipertahankan pada nol hingga 0,25 persen, sejak Maret 2020.

Sebelumnya, sekitar 45 persen ekonom yang disurvei Bloomberg sebelum pertemuan FOMC digelar, memprediksi bahwa Fed akan menarik program pembelian obligasinya mulai kuartal terakhir tahun ini.

Powell mengatakan bahwa belum waktunya untuk membahas pengurangan pembelian aset, meski dia mengakui laporan ketenagakerjaan AS yang kuat pada Maret dengan penambahan 916.000 pekerjaan.

"Ketika saatnya tiba bagi kami untuk membicarakannya, kami akan melakukannya. Tapi waktu itu bukan sekarang. Kami punya satu laporan pekerjaan yang bagus. Itu tidak cukup. Kami akan bertindak berdasarkan data aktual, bukan perkiraan, dan kami hanya perlu melihat lebih banyak data. Tidak lebih rumit dari itu," katanya.

Powell mengisyaratkan bank sentral akan melihat pembacaan inflasi di atas target 2 persen. Namun, jika inflasi bergerak terus-menerus di atas 2 persen, Fed akan menggunakan perangkat kebijakannya untuk menurunkan ekspektasi kenaikan harga ke tingkat yang konsisten.

"Pasar mengalami kesulitan untuk mencerna ini, ada pemisahan apakah tekanan inflasi akan bertahan dan apa artinya ini bagi The Fed," kata Michael Gapen, kepala ekonom AS di Barclays Plc.

Dia juga mengatakan langkah Fed untuk tidak melakukan apa-apa sementara inflasi berada di atas 2 persen berarti penilaian tentang pengurangan pembelian obligasi akan diukur dengan keuntungan di pasar tenaga kerja secara eksklusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper