Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembukaan Perjalanan Internasional Munculkan Dilema Vaksin

Uni Eropa, misalnya, berencana mengizinkan warga Amerika Serikat yang telah divaksinasi dengan suntikan yang disetujui oleh otoritas obat-obatan blok itu. Lantas bagaimana nasib suntikan dari produsen vaksin China seperti Sinovac Biotech Ltd. dan Sinopharm Group Co. Ltd.?
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert
Lambang Uni Eropa terpampang di depan gedung Parlemen Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (27/5/2020)./Bloomberg-Geert Vanden Wijngaert

Bisnis.com, JAKARTA - Pembukaan kembali perjalanan internasional sudah di depan mata seiring vaksinasi Covid-19 yang mulai meluas.

Namun kemudian, muncul batasan bahwa jenis vaksin yang disuntikkan pada seseorang akan menentukan kemana dia diizinkan bepergian, baik untuk berwisata atau bekerja.

Uni Eropa, misalnya, berencana mengizinkan warga Amerika Serikat yang telah divaksinasi dengan suntikan yang disetujui oleh otoritas obat-obatan blok itu.

Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kebijakan tersebut kemungkinan akan dimulai pada musim panas tahun ini atau Juni 2021.

Itu berarti bahwa mereka yang mendapat suntikan dari produsen vaksin China seperti Sinovac Biotech Ltd. dan Sinopharm Group Co. Ltd. kemungkinan besar akan dilarang masuk Benua Biru, dengan konsekuensi signifikan bagi aktivitas bisnis global dan kebangkitan pariwisata internasional.

Bagi warga China yang rutin bepergian ke luar negeri dan warga negara barat yang ingin mengejar peluang bisnis di ekonomi terbesar kedua di dunia itu, muncul dilema tentang suntikan vaksin mana yang harus dipilih. China sejauh ini hanya mengakui suntikan buatan dalam negerinya sendiri, sedangkan vaksinnya tidak disetujui di AS atau Eropa Barat.

Warga negara Hong Kong, Marie Cheung, melakukan perjalanan ke daratan China secara teratur untuk bekerja di sebuah perusahaan kendaraan listrik, rutinitas yang terganggu oleh masa karantina yang lama sejak pandemi dimulai.

Dari dua opsi vaksin yang tersedia di Hong Kong, yakni Sinovac dan Pfizer-BioNTech, Cheung berencana untuk menerima suntikan merek China untuk memudahkan pergerakan masuk dan keluar dari daratan.

Sementara itu, suaminya yang berkewarganegaraan Inggris akan mencoba vaksin Pfizer-BioNTech untuk meningkatkan peluangnya mengunjungi keluarga di Inggris Raya.

"Bagi orang yang perlu bekerja atau kembali ke [China] daratan, vaksin China adalah satu-satunya pilihan bagi mereka. Orang Barat hanya akan memilih vaksin yang diakui oleh negara asalnya," katanya dilansir Bloomberg, Senin (26/4/2021).

Sementara itu, bagi jutaan orang di seluruh dunia yang tidak dapat memilih vaksin mana yang mereka terima, perjalanan akan menjadi terbatas, terutama mengingat tingkat kemanjuran vaksin yang beragam. Hal itu bukanlah tanpa konsekuensi bagi aktivitas bisnis internasional dan industri pariwisata.

"Pembagian masyarakat global berdasarkan adopsi vaksin hanya akan memperburuk dan melanjutkan efek ekonomi dan politik dari pandemi,” kata Nicholas Thomas, profesor keamanan kesehatan di City University of Hong Kong.

Menurutnya, hal ini berarti membiarkan nasionalisme vaksin memecah dunia, sementara kebutuhan medis dikesampingkan.

Banyak negara telah menutup perbatasan mereka di tengah pandemi, beberapa hanya membuka pintu bagi warga negaranya sendiri dengan karantina selama berminggu-minggu setelah kedatangan.

Sementara vaksin dipandang sebagai cara untuk menghilangkan hambatan masuk tersebut, masih banyak ketidakpastian mengenai bagaimana, atau apakah negara-negara akan membedakan setidaknya 11 suntikan yang tersedia di seluruh dunia.

Kini pemerintah negara-negara mulai dari China hingga Eropa sedang mendiskusikan paspor vaksin, yakni sertifikasi yang dapat diakses dan diverifikasi dengan mudah yang menyatakan bahwa seseorang telah diinokulasi.

Namun, tidak jelas apakah negara-negara itu akan mengejar pengakuan universal atas semua suntikan, atau selektif pada jenis vaksin Covid-19 yang diizinkan di negara tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper