Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jaga Harga Bahan Pokok Saat Ramadan & Idulfitri, Simontok Jadi Andalan

Peta Simontok ini mampu memantau kondisi harga dan kebutuhan bahan pokok di daerah terpencil.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian terus menjaga stabilitas harga bahan pokok dalam menyambut momentum Ramadan dan Idulfitri 2021.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi mengatakan bahwa pemerintah sudah melakukan penjagaan tersebut sejak beberapa bulan sebelumnya melalui pemantauan di setiap daerah defisit dengan menggunakan Sistem Monitoring Stok (Simontok).

"Peta Simontok ini mampu memantau kondisi harga dan kebutuhan bahan pokok di daerah terpencil. Dengan begitu, kami bisa melakukan intervensi dari daerah surplus ke daerah defisit, bahkan Simontok ini bisa menjamin pasokan dan distribusi," ujar Agung melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Selasa (13/4/2021).

Dia menambahkan pemantauan sistem intervensi ini dilakukan secara rutin setiap satu kali per pekan. Melalui langkah tersebut, Kementan melalui Badan Ketahanan Pangan mengumpulkan informasi dan laporan dari semua Kepala Dinas Pertanian dan Perdagangan di seluruh Indonesia.

Di sisi lain, kata Agung, Kementan juga sudah melakukan pembinaan terhadap ribuan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar menyediakan produk pascapanen. Upaya tersebut bertujuan membiasakan masyarakat dengan makanan olahan sehingga tidak ada makanan sisa yang terbuang percuma.

"Sekarang kan posisinya konsumsi pengolahan produk olahan itu 30 persen, sedangkan sisanya, yakni 70 persen, adalah produk fresh. Saya kira ini terbalik dengan negara maju di Eropa atau Amerika. Dengan demikian, kita kembangkan UMKM agar melakukan pengolahan, sehingga tidak ada makanan yang terbuang," katanya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman menilai langkah tersebut merupakan langkah tepat dalam menekan angka impor melalui konsumsi makaman yang tidak terbuang secara percuma.

"Oleh sebab itu, petani kita harus belajar proses pascapanennya supaya makanan kita itu bertahan lebih lama. Menurut saya, konsumen juga harus dididik bahwa pola konsumsi yang baik itu adalah dengan tidak membuang makanan. Misalnya, cabai tidak segar itu kan bisa diolah jadi sambal kering," katanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper