Bisnis.com, JAKARTA - Jika semua kesepakatan tercapai, Biak akan menambah daftar pangkalan penerbangan antariksa di dunia.
Pemerintah pernah menawarkan Biak, Papua, sebagai lokasi bandara antariksa kepada bos Tesla dan SpaceX Elon Musk.
Penawaran itu bermula dari perbincangan Presiden Joko Widodo dengan Elon Musk melalui telepon pada 11 Desember 2020. Saat itu, Presiden Jokowi dan Elon Musk membahas peluang investasi Tesla di Indonesia.
Presiden Jokowi dan Elon Musk berbagi pandangan tentang industri mobil listrik dan komponen utama baterai listrik. Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga mengajak Elon Musk melihat peluang investasi membangun landasan peluncuran roket buat SpaceX. Lokasi yang ditawarkan pemerintah adalah Pulau Biak, Papua.
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan, jauh sebelum ditawarkan menjadi bandara antariksa kepada Elon Musk, Biak memang sudah menjadi bandara titik transit lalu lintar antarnegara.
"Namanya Bandara Mokmer Biak," kata Hari Suroto kepada Tempo, Senin 5 April 2021. Di masa lalu, menurut dia, ada Bandara Mokmer Biak melayani penerbangan internasional dengan tujuan Australia, Tokyo, Papua Nugini, Amsterdam, Los Angeles, Seattle, sampai Honolulu.
Baca Juga
Pada 14 Juli 1955, pemerintah Belanda dengan bantuan investasi maskapai KLM mendirikan maskapai bernama Nederlands Niew Guinea Luchtvaart Maatschapij atau Kroonduif atau De Kroonduif.
Kroonduif adalah bahasa Belanda untuk burung mambruk. Burung mambruk merupakan jenis merpati bermahkota yang hanya dijumpai di Papua. Dan kroonduif ini menjadi cikal bakal maskapai Merpati Nusantara, yang kini sudah tidak beroperasi lagi.
Belanda menjadikan Bandara Mokmer Biak, Papua, sebagai pusat operasional Kroonduif.
Pada awal beroperasi, maskapai Kroonduif menggunakan pesawat Lockheed Constellation dengan rute Bandara Mokmer Biak - Sydney.
Sedangkan untuk rute domestik di wilayah Papua, maskapai Kroonduif menggunakan pesawat amfibi atau Sea Beaver yang mampu mendarat di pantai dan danau di pedalaman Papua.
Pada 1956, maskapai Kroonduif menambah pesawat de Havilland DHC-2 Beaver untuk melayani penerbangan Bandara Mokmer Biak ke Sentani dan Sorong, serta kota-kota di Papua Nugini.
Empat tahun kemudian, maskapaai Kroonduif melayani penerbangan Biak - Tokyo - Amsterdam.
Setelah penyerahan Irian Barat ke Indonesia, Bandara Mokmer berubah nama menjadi Bandara Frans Kaisiepo. Bandara ini memiliki luas 206 hektare dengan landasan pacu 3.570 meter dan lebar landasan 45 meter.
Pada 1996 - 1998, maskapai Garuda Indonesia melayani penerbangan Jakarta - Denpasar - Biak - Honolulu - Los Angeles dengan pesawat MD-11. Selain itu, Garuda Indonesia juga melayani rute Jakarta - Denpasar - Biak - Seattle. Namun, rute internasional ini berhenti karena krisis ekonomi.
Dari sisi geografis, posisi Biak Papua, khususnya Kampung Soukobye di Distrik Biak Utara, Kabupaten Biak Numfor, berada sekitar satu derajat Lintang Selatan dan berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik.
Lokasi ini dianggap aman sebagai tempat peluncuran satelit. Biak juga dekat garis ekuator, sehingga efisien dalam meluncurkan satelit karena tidak perlu manuver untuk mengubah orbit.
Sejumlah bandara antariksa yang ada di berbagai negara adalah Kennedy Space Center atau KSC di Amerika Serikat, Pusat Antariksa Kourou Guyana di Prancis, Bandara Oita di Jepang, Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di tengah Gurun Gobi, China.
Pemerintah China juga memiliki Eastern Aerospace Port (EAP), pelabuhan antariksa terapung di lepas pantai Kota Haiyang, Provinsi Shandong. Pelabuhan antariksa ini digunakan untuk meluncurkan roket dari Samudera Pasifik.
Brasil memiliki pusat peluncuran ruang angkasa Alcantara di wilayah timur laut Brasil, India memiliki Pusat Peluncuran Satish Dhawan di Sriharikota, Australia memiliki bandara antariksa di Pulau Christmas, Samudera Hindia, dan Iran punya bandara antariksa di Gurun Markazi.
Rencananya, Elon Musk mengirimkan utusan untuk mengevaluasi penawaran Biak Papua menjadi bandara antariksa, pada Januari 2021. Namun hingga kini belum terlaksana lantaran terganjal pembatasan lalu lintas antarnegara karena pandemi Covid-19.