Bisnis.com, JAKARTA - Kerja sama bisnis ke bisnis antara PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan PT Garuda Maintenance Facillity AeroAsia Tbk. (GMFI) membangun bengkel pesawat (Maintenance, Repair, and Overhaul/MRO) menghadapi banyak tantangan kedepannya.
Pemerhati penerbangan Alvin Lie menuturkan, kehadiran pusat MRO di Bandara Kertajati memang menjadi alternatif dalam mengakselerasi utiliasasi lapangan terbang yang masih rendah. Menurutnya, untuk merealisasikannya terdapat sejumlah tantangan yang mesti dihadapi. Dia mencontohkan dengan keterlibatan GMFI di dalamnya, persoalannya menjadi rumit.
Hal tersebut dikarenakan anak usaha Garuda Indonesia tersebut sudah berinvestasi membuat hanggar terbesar di Asia untuk perawatan pesawat di Bandara Soekarno - Hatta (Soetta).
"Mereka (GMFI) pindah ke Kertajati pun perlu pertimbangan bisnis, biaya - biaya dan investasi yang diperlukan lagi dan yang di Soetta nanti bakal digunakan untuk apa? Sebab kalau ditinggalkan hanggar bisa digunakan MRO lain," katanya, Kamis (1/4/2021).
Tentunya hal tersebut bisa berimplikasi terhadap adanya persaingan hingga munculnya rival baru GMFI.
Tak hanya itu, untuk menjadi pusat MRO, lanjutnya, juga diperlukan fasilitas pendukung selain teknisi, tenaga administrasi yang memiliki tingkat kemampuan tinggi.
Baca Juga
"Mereka semua highly skill, nggak hanya gaji, tapi juga kualitas hidupnya pasti harus layak. Keluarga mereka gimana dan fasilitas yang memadai dari sisi kesehatan dan lainnya. Kertajati belum di sana. Kalau nggak ada fasilitas pendukung susah mendatangkan tenaga ahli," imbuhnya.
Di sisi lain, Alvin juga mencontohkan pusat MRO sekelas GMFI memerlukan adanya kehadiran bea cukai dan imigrasi. Di Bandara Kertajati dengan statusnya kawasan berikat untuk memudahkan inpor suku cadang dan bebas bea masuk memerlukan prosedur kepabeanan. Ternasuk nantinya bagi Pilot asing yang membawa pesawatnya untuk diperbaiki atau untuk mengambil pesawat yang sudah diperbaiki.
"Semua membutuhkan dukungan itu. Nggak bisa memanfaatkan lapangan terbang atau bandaranya tapi juga harus disediakan fasilitas pendukung. Bukan tantangan yang mudah saya kira," tekannya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku telah mengusulkan agar Bandara Kertajati digunakan untuk beberapa fungsi lain yaitu pemeliharaan pesawat (Maintenance, Repair, and Overhaul/MRO)
Dia memastikan rencana menjadikan Kertajati sebagai pusat MRO sudah dirintis dengan melakukan pembicaraan bersama Panglima TNI dan KSAU agar memanfaatkan MRO Kertajati untuk perawatan pesawat milik TNI.
Perawatan ini lanjutnya, juga ditopang kesiapan PT Garuda Maintenance Fasility (GMF) yang sudah mengantongi sertifikat untuk merawat pesawat-pesawat dari Amerika Serikat.
Oleh karenanya MRO segera dikembangkan dan dibangun di lahan-lahan yang sudah dimiliki secara cepat.
Dia menambahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengarahkan agar MRO tidak saja diperuntukkan untuk merawat pesawat TNI, tetapi juga seluruh pesawat instansi pemerintah seperti BNPB, Basarnas, Kemenhub, hingga Kepolisian sehingga perawatannya relatif lebih baik.
Selain itu, menteri yang akrab disapa BKS tersebut juga menginginkan agar MRO ini tidak saja untuk pemerintah tetapi juga pesawat-pesawat privat yang selama ini melakukan perawatan di luar negeri.