Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Lebaran, Pasokan Daging Sapi Jabodetabek Rawan

Perkiraan ini mengacu pada hasil perhitungan neraca daging yang telah dihitung pemerintah.
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di  Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019). /Bisnis-Endang Muchtar
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019). /Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan memperkirakan pasokan daging sapi atau kerbau secara nasional akan memasuki zona defisit pada Mei.

Pasokan diharapkan bisa berfokus ke kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya karena konsentrasi konsumsi berada di wilayah ini.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra mengatakan perkiraan ini mengacu pada hasil perhitungan neraca daging yang telah dihitung pemerintah.

Kebutuhan daging sapi diperkirakan terus naik selama Maret sampai Mei. Pasokan pun berusaha diimbangi lewat ketersediaan daging impor maupun produksi lokal.

“Kami memperkirakan kebutuhan daging itu lebih kurang 52.156 ton pada Maret. Kemudian April naik menjadi 59.979 ton, dan Mei naik lagi menjadi 76.769 ton,” papar Syailendra dalam diskusi 'Mahalnya Harga Daging Sapi dan Kerbau, Apa Solusinya?', Senin (29/3/2021).

Sementara itu, kebutuhan di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya tercatat berkontribusi lebih dari 20 persen kebutuhan bulanan secara nasional, yakni 14.828 ton pada Maret, 17.052 ton pada April, dan 21.827 ton pada Mei 2021.

Apabila 50 persen distribusi daging sapi beku impor dialokasikan ke wilayah ini, maka neraca pada Mei masih defisit sebesar 9.424 ton.

Syailendra menyebutkan pasokan daging sejatinya memadai karena populasi sapi di dalam negeri cukup besar. Dia menyebutkan kunci dari stabilitas harga untuk wilayah dengan konsumsi tinggi adalah mobilisasi dan percepatan realisasi impor.

“Bicara daging sapi ini yang agak sedikit menonjol kan Jabodetabek dan Bandung Raya. Di daerah saya keliling harga murah, bisa hanya Rp105.000 per kilogram karena sapi banyak. Jadi saya sebenarnya tidak terlalu khawatir, cuma bagaimana ada mobilisasi ke daerah dengan konsumsi tinggi,” lanjutnya.

Distribusi dan realisasi impor pun diharapkan bisa dilakukan tepat waktu. Syailendra mengatakan sejumlah pemasok utama telah mengajukan impor untuk menutup defisit pasokan pada Mei.

Di antaranya adalah Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) dengan volume 2.000 ton, Asosiasi Pengusaha Protein Hewan Indonesia (APPHI) sebanyak 3.830 ton, PT Berdikari sebanyak 893 ton, dan Perum Bulog sekitar 20.000 ton daging kerbau India.

Syailendra mengharapkan daging kerbau impor bisa masuk sebelum perayaan Idulfitri demi tetap menjaga stabilitas harga dan psikologis pasar. Dia mengatakan komoditas tersebut telah terbukti mencegah terjadinya lonjakan harga.

“Bulog ini dari 80.000 ton penugasan, kita dapat informasi akan masuk Maret 2.772 ton, April 20.024 ton dan Mei 14.668 ton. Mei ini kami harap masuk sebelum Hari Raya, kalau sudah lewat ya lewat momennya. Hitungan kami pasokan kerbau sebesar 30 sampai 40 persen kebutuhan bisa menstabilkan harga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper