Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana justru memperkirakan pertumbuhan di kuartal I/2021 akan sebesar minus -1,6 persen per tahun (year-on-year/yoy).
Angka ini di bawah proyeksi pemerintah yang dipaparkan Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar -0,1 persen.
Menurut Wisnu, aktivitas fiskal terkini memiliki dampak kontraksi pada atas likuiditas di tengah lebih tingginya kelebihan pembiayaan, dan defisit utama yang lebih rendah.
"Risiko yang diperlukan untuk menghemat akhirnya menghasilkan pemulihan yang berjenjang, di mana Kemenkeu memperkirakan PDB Indonesia kuartal I/2021 berkisar antara -0,1 persen hingga -1,0 persen yoy," katanya kepada Bisnis, Selasa (23/3/2021).
Terkait dengan spending yang diutarakan Menkeu pada paparan 'APBN KITA', Selasa (23/3/2021), menurutnya pemerintah menunjukkan kewaspadaan dalam melancarkan pengeluaran, terutama untuk menyeimbangkan antara hasil produktif dan non-produktif.
Sementara itu, dari sisi pembiayaan/pengeluaran, total belanja yang meningkat sebesar 1,2 persen (yoy) dibandingkan Februari 2020 sebesar 2,8 persen, mayoritas didorong oleh pengeluaran untuk penanganan Covid-19 dari Kemenkes.
Baca Juga
Selain itu, belanja modal juga terus berjalan untuk infrastruktur dan TNI/Polri. "Namun, kami masih mencatat adanya isu-isu administratif yang menyulitkan penyaluran ke pemerintahan lokal," uja Wisnu.
Adapun, pendapatan dari pajak dan kepabeanan tumbuh sebesar 1,7 persen (yoy) dengan share sebesar 12,6 persen pada target 2021, dibandingkan di 2020 sebesar 12,7 persen.
Meningkatnya kepabeanan tembakau dan cukai ekspor minyak sawit (CPO) juga merupakan pendorong utama pendapatan.
Selain itu, pajak pertambahan nilai (PPN) juga tumbuh positif berkat low base effect dan perbaikan permintaan domestik.