Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah ini, sekitar 93,2 persen di antaranya terdampak negatif di sisi penjualan.
Menurut survei yang dilakukan bank sentral, pandemi memberi tekanan pada pendapatan, laba, dan arus kas hingga para pemilik usaha memilih untuk wait and see.
Namun, rupanya tak semua responsen terdampak pandemi. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ada 12,5 persen responden yang tidak terkena dampak ekonomi dari pandemi Covid-19, dan bahkan 27,6 persen di antaranya menunjukkan peningkatan penjualan.
“Jadi walaupun ada kisah sedih, masih ada yang menunjukkan peningkatan penjualan. Strateginya berjualan [secara] online dan menambah variasi produk,” ujar Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen BI Yunita Resmi Sari seminar daring Memulihkan Ekonomi Dengan Menyelamatkan UMKM Dari Krisis, Efektif? yang digelar pada Jum’at (19/3/2021).
Terkait pertumbuhan UMKM, survei BI menunjukkan pengembangan kredit UMKM pada 2020 berada di angka -1,8 persen. Sementara itu, secara pangsa kredit, angkanya sudah cukup tinggi dengan alokasi 19,7 persen.
Namun, dari sisi kualitas kredit, Yunita menyebut kualitas kredit masih di bawah threshold atau sebesar 3,95 persen. Adapun, jumlah rekening kredit sebanyak 16 juta yang didominasi oleh usaha mikro (72,5 persen), disusul oleh usaha kecil (13,2 persen) dan usaha menengah (14,4 persen).
Baca Juga
“Jadi merupakan suatu harapan juga bahwa kelompok usaha mikro sudah makin banyak masuk ke dalam institusi finansial mainstream atau perbankan,” jelasnya.
Dari total 6 sektor UMKM, hanya usaha masyarakat di bidang pertanian yang masih tumbuh sebesar 16,7 persen pada Desember 2020. Sementara itu, industri pengolahan tumbuh sebesar 1,5 persen, konstruksi turun 17,9 persen, perdagangan turun 3,2 persen, real estate naik 13 persen, dan jasa kemasyarakatan meningkat 2 persen.