Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tol Trans Sumatera: Bangkitnya Kemandirian Wirausaha Perempuan Desa

Pesatnya pembangunan Jalan Tol Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayuagung (Terpeka) pun memberikan harapan baru kepada pelaku UMKM, khususnya para perempuan desa.
Kondisi rest area KM 234 A ruas Tol Terbanggi Besar--Pematang Panggang--Kayuagung (Terpeka) yang dibangun PT Hutama Karya Tbk. / Bisnis - Dinda Wulandari.
Kondisi rest area KM 234 A ruas Tol Terbanggi Besar--Pematang Panggang--Kayuagung (Terpeka) yang dibangun PT Hutama Karya Tbk. / Bisnis - Dinda Wulandari.

Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera tak hanya meningkatkan konektivitas antarwilayah di Pulau Sumatra. Lebih dari itu, jalan bebas hambatan tersebut membangkitkan gairah warga untuk berwirausaha.

Sudah satu tahun terakhir Fatimah jarang ada di rumah. Kehadiran rest area KM 234 A ruas Tol Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayuagung (Terpeka) membuat wanita berusia 41 tahun itu tak lagi sekedar menjadi ibu rumah tangga, melainkan pula wirausaha.

Sebelumnya, ibu 3 orang anak itu hanya menghabiskan waktu di rumah, mengurus anak, dan menunggu suami pulang bekerja. Tak ada aktivitas lain di luar urusan domestik.

Fatimah menjadi satu dari sekitar 50-an penyewa tenant segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Rest Area KM 234 A. Ia mengaku kini waktunya tak habis hanya berdiam di rumah.

Saat Bisnis menghampiri kios RM.Abang Kriting, Fatimah sedang menyeduh kopi hangat pesanan pengunjung yang baru tiba dari arah Lampung.

“Paling banyak minum kopi, ada juga yang makan nasi. Saya jual semua dari makanan ringan sampai makanan berat,” katanya.

Fatimah mengaku baru kali ini ia berwirausaha, peluang untuk berdagang itu telah ia tangkap saat PT Hutama Karya (Persero) atau HK mulai proses pembangunan ruas tol terpanjang dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

“Dulu di sekitar tempat ini tidak ada apa-apa, desa saya juga masih sepi. Tapi sejak tol dibangun ada kegiatan, dari situ saya coba jual makanan buat pekerja tol,” katanya.

Nyali Fatimah untuk berwirausaha diwujudkannya dengan membuat warung makan bongkar pasang, hanya tenda ala kadarnya.

Rest area belum ada, jadi sasarannya memang untuk para pekerja. Dari situ saya merasa ada pendapatan baru buat makan,” katanya.

Pesatnya pembangunan Jalan Tol Terpeka pun memberikan harapan baru bagi Fatimah untuk meningkatkan skala usahanya. Peluang itu datang seiring dibukanya tempat istirahat dan pelayanan (TIP) KM 234 A.

Apalagi, sebagai warga yang tinggal di sekitar lokasi rest area, Fatimah mendapat prioritas untuk menyewa outlet yang dikelola HK. Jarak rumahnya ke tempat istirahat itu pun hanya selemparan batu, tak kurang 10 menit dari rumah untuk tiba di tempat usahanya. Fatimah mengeluarkan modal sekitar Rp15 juta yang dialokasikan untuk sewa tempat serta memberi peralatan dan kebutuhan warung.

Kini, Fatimah mengaku dapat mengantongi omset sebanyak Rp1 juta hingga Rp5 juta per hari. Bergantung pada arus kendaraan yang melaju dan mau berhenti sejenak di rest area tol.

“Sebelum Covid-19 usaha saya sering capai omset maksimal, cuma memang saat pandemi menurun drastis. Alhamdulilah kini berangsur normal,” katanya.

Ia mengaku rest area sudah seperti rumah kedua, apalagi ia merasa tak sendiri karena tetangga sekitar juga banyak yang membuka warung makan di sana.

“Ibu-ibu di kampung saya banyak yang ngisi kios di sini, daripada nganggur. Bahkan kami bikin arisan di sini,” katanya seraya tertawa.

Bagi Fatimah, dampak kehadiran JTTS sudah menyentuh setiap anggota keluarganya. Pasalnya, suami Fatimah pun kini ikut ambil bagian dalam pembangunan jalan tol.

“Sekarang suami saya ikut kerja untuk proyek Tol Bengkulu. Alhamdulilah pendapatan keluarga kami membaik, selama ini cuma garap karet,” katanya.

Tol Trans Sumatera: Bangkitnya Kemandirian Wirausaha Perempuan Desa

Rumah Makan Abang Kriting di rest area KM 234 A ruas Tol Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayuagung (Terpeka) yang dikelola oleh Fatimah / Bisnis - Dinda Wulandari. 

Banting Setir 

Hal serupa juga dirasakan Pante Kosta Elsiwi, pengelola Warung Makan Mak El di rest area KM 277, Desa Rotan Mulya, Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan.

Elsiwi memberanikan diri untuk banting setir dari semula bekerja di perkebunan sawit, kini membuka warung makan. Usahanya itu telah berjalan sekitar 6 bulan.

“Saya merasa ada harapan baru di sini, karena tenaga saya untuk bekerja di kebun sudah berkurang,” kata perempuan yang sebelumnya berprofesi sebagai mandor itu.

Bagi Elsiwi, bekerja di kebun sawit adalah profesi yang menantang untuk kaum hawa. Ia harus betul-betul menyiapkan stamina di lapangan. Saat menginjak usia 44 tahun, Elsiwi pun menyadari tenaganya tak sekuat dulu.

“Kerja di kebun butuh tenaga. Saya merasa fisik sudah gak kuat lagi. Makanya meski pendapatan jualan gak tentu, tetapi lebih nyaman dan bangga bisa hasilin uang dari usaha sendiri,” kata dia.

Menurutnya, pendapatan dari berjualan di rest area telah cukup menutupi biaya hidup sehari-hari keluarganya. Apalagi, bisa dibilang Elsiwi adalah tulang punggung keluarga lantaran suaminya hanya bekerja mencari rumput untuk dijual sebagai pakan ternak warga sekitar.

Semangat dan gairah pelaku UMKM itu untuk berwirausaha juga terlihat dari warungnya yang buka 24 jam penuh. Bahkan ia pun tinggal di kiosnya 6 hari dalam seminggu. Elsiwi hanya mengambil libur saat hari Sabtu tiba.

“Sabtu sore saya pulang ke rumah karena persiapan untuk ibadah pada Minggu pagi. Setelahnya balik ke warung lagi, jaraknya juga dekat cuma 5 kilometer dari rumah,” katanya.

Direktur Eksekutif Pusat Pembelaan Hak-Hak Perempuan (Women Crisis Centre/WCC) Palembang Yeni Roslaini mengatakan kepercayaan diri perempuan akan muncul jika bisa mandiri secara ekonomi.

“Perempuan di desa sebetulnya cenderung pasrah dengan kondisi, namun ketika mereka telah diberi informasi atau bersentuhan langsung dengan stimulus ekonomi, mereka akan tertarik untuk terlibat,” katanya.

Yeni mengatakan kehadiran rest area JTTS ruas Palembang hingga Lampung bisa menjadi contoh stimulan terhadap pemberdayaan perempuan untuk ikut merasakan dampak ekonomi dari infrastruktur tersebut.

Tol Trans Sumatera: Bangkitnya Kemandirian Wirausaha Perempuan Desa

Pengunjung mendatangi rest area KM 234 A ruas Tol Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayuagung (Terpeka) yang dibangun PT Hutama Karya Tbk. / Bisnis - Dinda Wulandari. 

Roda Ekonomi Rakyat Terus Berputar

Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang—Kayu Agung merupakan salah satu ruas vital dalam konektivitas JTSS. Tol sepanjang 189 kilometer itu juga merupakan tol terpanjang yang pernah diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada November 2019.

Keyakinan pemerintah bersama Hutama Karya bahwa ruas ini dapat memberikan dampak ganda terhadap masyarakat telah terealisasi. Untuk ekonomi kerakyatan, warga di seputar rest area telah merasakan dampak nyata tersebut. Roda perekonomian di daerah sepanjang tol itu pun terus berputar.

Branch Manager Ruas Tol Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayuagung Yoni Saputra mengatakan HK telah membangun 9 titik rest area di sepanjang jalan tol itu.

“Di Lampung ada 5 rest area, sementara di Sumsel ada 4 titik. Idealnya memang rest area dibangun setiap 50 kilometer jalan tol,” katanya.

Menurutnya, kehadiran rest area di setiap jarak tol tak hanya berguna untuk keamanan dan kenyamanan penggguna jalan. Lebih dari itu, kehadirannya dapat dimanfaatkan penduduk di sekitar lokasi untuk meningkatkan perekonomiannya.

Dengan traffic kendaraan dalam kondisi normal menyentuh 11.000 per hari, potensi kendaraan yang singgah di rest area mencapai 1.100 per hari.

Dia mengatakan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dapat semakin membangkitkan gairah UMKM lokal. Bahkan, rest area bisa menjadi etalase atau sentra oleh-oleh yang diproduksi oleh pelaku usaha lokal.

“Hal itulah yang kami lakukan di rest area KM 215 bersama dengan Pemkab Tulang Bawang Barat, Lampung, untuk mempromosikan produk kerajinan UMKM setempat,” kata dia.

Romica Anads, Kepala Desa Bumi Harapan, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, menambahkan kehadiran JTTS sudah banyak memberikan dampak positif bagi warga desa, termasuk kaum perempuan.

“Mereka jadi semangat untuk usaha, sehingga tumbuh UMKM kuliner. Kalau dulu buka usaha di sini sebelum ada tol namanya bunuh diri,” kata Romi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper