Bisnis.com, JAKARTA - Konsep keuangan berkelanjuran dianggap sebagai solusi untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan di tengah keterbatasan pembiayaan dari anggaran pemerintah.
Menurut Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rofikoh Rokhim, konsep keuangan berkelanjutan mengacu pada segala bentuk layanan keuangan yang mengintegrasikan kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola ke dalam keputusan bisnis atau investasi untuk keuntungan jangka panjang bagi klien dan masyarakat luas.
"Dengan melaksanakan praktik ini, bank dan segala bentuk lembaga keuangan tidak hanya berfokus pada profit [keuntungan] semata tetapi juga pada planet [bumi] dan people [manusia]," katanya dalam Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap FEB UI, Sabtu (13/3/2021).
Rofikoh menjelaskan konsep keuangan berkelanjutan mendorong lembaga keuangan untuk meningkatkan aliran modalnya ke proyek dan sektor hijau, ramah iklim, dan inklusif. Selain itu, konsep tersebut juga membantu lembaga keuangan untuk mengintegrasikan tujuan iklim dan risiko jangka panjang terkait iklim ke dalam manajemen portofolio mereka.
Lebih lanjut, perempuan yang juga menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. itu mengungkapkan bahwa konsep keuangan berkelanjutan berbeda dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
Menurutnya, dalam pelaksanaan CSR entitas bisnis lebih banyak mengambil peran filantropis yang sifatnya sukarela. Sebagian besar dilakukan untuk membalas budi kepada lingkungan, komunitas, terlepas dari pertanyaan apakah model bisnisnya sesuai dengan etika bisnis atau tidak.
Baca Juga
"Sebagai contoh, suatu perusahaan perkebunan memperoleh keuntungan dengan praktik-praktik yang tidak berkelanjutan. Misalnya, dengan merusak ekosistem hewan dan tanaman langka kemudian menggunakan keuntungannya untuk disalurkan dalam program CSR," tuturnya.
Sebaliknya, dalam praktik konsep keuangan berkelanjutan model bisnis yang digunakan dalam mencari keuntungan harus selaras dengan prinsip-prinsip berkelanjutan. Dalam hal ini lembaga keuangan menjadi pendorong yang memastikan entitas bisnis menyelaraskan aktivitasnya dan komitment menjaga lingkungan serta komunitas sosial pada saat bersamaan melalui komitmen penyaluran modal.
"Lembaga keuangan dapat memberikan insentif pinjaman atau penyaluran modal yang lebih menarik untuk entitas bisnis yang melaksanakan praktik bisnis berkelanjutan," ujar Rofikoh.
Penyaluran modal dengan tingkat pengembalian yang lebih rendah tentunya dapat menurunkan profitabilitas. Namun, profitabilitas ini dapat dipastikan terus berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang.
"Contoh opsi pertama, lembaga keuangan memberikan pinjaman dengan tingkat bunga tinggi kepada perusahaan yang melakukan aktivitas pertambangan ekstensif tanpa memperhatikan keberlangsungan lingkungan. Dalam jangka pendek, bank tentu mendapatkan pendapatan bunga yang sangat menarik. Namun, begitu kegiatan pertambangan tersebut berhenti karena sumber dayanya habis dan lingkungan sekitarnya rusak bank dalam jangka panjang akan kesulitan menyalurkan dananya".