Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha memperkirakan kinerja impor masih sulit membaik pada tahun ini akibat kinerja manufaktur yang masih tertahan.
Perbaikan impor diperkirakan butuh waktu lebih lama karena bergantung pada penanganan pandemi dan keyakinan konsumen.
“Kita akan sulit memulihkan impor ke level sebelum pandemi karena sangat bergantung dengan kinerja manufaktur. Sementara kinerja manufaktur masih akan tertekan bisa pasar dalam negeri belum memiliki keyakinan konsumsi yang membaik,” kata Wakil Ketua Umum bidang Hubungan Internasional Kadin Indonesia Shinta W. Kamdani, Rabu (3/3/2021).
Meski demikian, Shinta berpendapat kinerja impor yang lebih sehat sejatinya bisa dicapai lebih cepat bila industri nasional yang berorientasi pasar domestik diarahkan untuk ekspor. Tetapi, hal ini dia sebut juga bukan perkara mudah karena tidak semua industri bisa bersaing di pasar global.
“Perlu kerja keras untuk membina dari segi standard compliance dan umumnya juga butuh modal untuk melakukan transformasi internal dan mencari buyer,” lanjutnya.
Karena itu, dia menyarankan perbaikan kinerja impor sebagai bagian dari pemulihan sektor manufaktur perlu diiringi dengan reformasi struktural. Shinta mengatakan pemerintah harus fokus dalamm menyelesaikan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja agar konsisten dan efisien pelaksanaannya di lapangan.
“Termasuk dengan terus melakukan promosi investasi dan melakukan fasilitasi realisasi investasi di Indonesia. Dengan demikian, arus modal ke industri manufaktur nasional bisa lancar untuk memulihkan kinerja,” kata dia.
Shinta juga mengatakan kinerja manufaktur tak hanya dipengaruhi oleh investasi yang masuk, tetapi juga diiringi dengan posisi Indonesia sebagai alternatif hub produksi bagi industri berorientasi ekspor.
Adapun mengenai masalah logistik yang mengiringi perdagangan internasional dan masih menjadi tantangan saat pemulihan, dia berpendapat Indonesia bisa memanfaatkannya untuk membenahi efisiensi logistik nasional. Jika isu ini bisa dibenahi sepanjang 2021, dia meyakini sektor perdagangan bisa rebound atau pulih lebih cepat.
“Namun, lagi-lagi ini akan sangat tergantung pada iklim usaha dan investasi yang efisien bagi industri-industri terkait. Karena itu, kami terus meminta pemerintah untuk fokus melakukan reformasi struktural lanjutan, khususnya untuk membenahi ekosistem usaha,” kata Shinta.