Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Liar Negeri guna mengatasi kelebihan produksi alat pelindung diri (APD) dan masker di dalam negeri saat ini.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh mengatakan jika pasar di luar negeri terbuka untuk produk APD dan masker ini, peluang ini akan disambut baik oleh industri dalam negeri yang notabeme mempunyai kapasitas cukup besar sedangkan permintaan terbatas.
"Jadi pasti disambut baik industri bahkan saat ini banyak industri yang telah mempunyai stok APD dan masker yang cukup besar tetapi tentu kendalanya sekarang adalah bagaimana buyer tersebut bisa terhubung dengan para industri kita," katanya kepada Bisnis, Senin (15/2/2021).
Elis menyebut saat ini sesuai Dashboard Monitoring Alat Kesehatan (DMA), kapasitas produksi nasional untuk APD coverall mencapai 39,6 juta per bulan. Sebaliknya, per Desember 2020 produksi sudah mencapai 356,4 juta dengan kebutuhan hanya 14,8 juta, artinya ada 341,1 juta produk yang mengganggur.
Selain coverall medical, ada pula gown medical grade yang tiap bulannya industri dalam negeri mampu memproduksi sebesar 24,9 juta. Tetapi, per Desember masih ada selisih 216,9 juta produk yang tak bertuan.
Begitu pula untuk masker bedah yang produksi per bulan kini sudah mencapai 405,8 juta dengan selisih 3,4 miliar masker yang menganggur.
Baca Juga
Sementara itu, kekurangan produksi masih terjadi pada tipe masker N95 di mana produksi per bulan baru bisa mencapai 360.000 per bulan. Hal itu selaras dengan bahan baku spunbond dan metblown di Tanah Air yang saat ini baru bisa diproduksi 250 ton per bulan padahal kebutuhan hingga Desember 2020 mencapai 10,8 juta.
Elis mengatakan sejumlah upaya Kemenperin pun telah dilakukan misalnya dengan memfasilitasi bisnis matching antara produsen dan konsumen di antaranya para fasilitas kesehatan dan pemerintah daerah.
"Kalau pasar ekspor, kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri untuk ikut mempromosikan produksi alkes ini. Kami juga telah mempunyai market place dengan konsep B2B yaitu yg saat ini masih dgn nama Indonesia Smart Tekstil Industri Hub atau ISTIH di dalam nya terdapat para produsen alkes," ujar Elis.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi menyebutkan potensi ekspor alat kesehatan RI pada 2021 bisa menembus US$4,54 miliar atau setara dengan Rp63,4 triliun. Potensi ini berasal dari surplus produksi industri dalam negeri.
"Dengan surplus produksi dan asumsi harga APD coverall US$9,25 per helai, pakaian beda US$2,85 per helai dan masker beda US$0,22 per helai, maka potensi ekspornya mencapai US$4,54 miliar,” papar Didi.
Potensi tersebut masing-masing berasal dari APD coverall dengan nilai US$3,16 miliar, pakaian bedah US$618,03 juta,k dan masker bedah sekitar US$764,79 juta. Nilai ekspor ini cukup besar mengingat realisasi ekspor pada 2020 masih jauh dari potensi yang ada.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor pakaian pelindung medis (APD coverall) tahun lalu hanya mencapai US$2,47 juta, sedangkan pada pakaian bedah senilai US$20,29 juta.
Adapun nilai ekspor masker pada tahun yang sama adalah US$75,19 juta untuk masker bedah dan US$74,09 juta untuk masker dari bahan nonwoven.