Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia akan tetap menjadi negara tujuan investor setelah pandemi Covid-19 usai. Namun, syaratnya Indonesia harus mampu kembali menerapkan disiplin fiskal seusia komitmen pada 2023.
Prakiti Sofat, Direktur Eksekutif Goldman Sachs Asset Management, mengatakan Indonesia memeliki rata-rata pertumbuhan 5 persen dalam beberapa tahun terakhir, kecuali saat pandemi ini.
"Neraca keuangan negara ini baik, utangnya rendah," ujar Sofat di Mandiri Investment Forum 2021, Rabu (3/2/2021).
Selain itu, para pengambil kebijakan juga banyak berubah sejak 2008. "Ini sangat penting bagi investor," ungkapnya.
Sofat juga mengatakan investor melihat stabilitas politik di Tanah Air. Oleh karena itu, dia memandang Indonesia sebagai tujuan investasi yang aman.
"Saya bisa berinvestasi di Indonesia dan saya bisa tidur nyenyak."
Baca Juga
Kendati saat ini, jumlah kasus Covid-19 terus meningkat dan distribusi vaksin ke pulau-pulau lain menjadi tantangan, namun dia melihat Indonesia akan diuntungkan dengan adanya aliran dana yang masuk.
Tentu saja, dia menekankan pentingnya juga dukungan kebijakan dan komitmen pemerintah mengembalikan disiplin fiskal pada 2023.
Dia juga menilai Indonesia akan memiliki proyeksi pertumbuhan yang baik pada 2023 karena banyak negara mulai pulih, salah satunya China.
Namun, jika komitmen pemerintah untuk mengembalikan defisit ke bawah 3 persen pada 2023 tidak tercapai karena masih adanya tantangan pascapandemi, Sofat mengatakan pemerintah harus melakukan komunikasi yang baik dengan investor.
Selama defisit fiskal tersebut digunakan untuk membiayai kesehatan dan belanja modal, dia yakin hal tersebut tidak akan mempengaruhi peringkat utang Indonesia.
Menurutnya, penting bagi semua negara untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan jangkar fiskalnya selama satu hingga dua tahun setelah pandemi.