Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Bisa Jalan Sendiri, Perdagangan dan Investasi Perlu untuk Pulihkan Ekonomi

Perdagangan akan memainkan peran penting dalam menangkap peluang investasi yang muncul dari tren diversifikasi basis produksi.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyebutkan perdagangan dan investasi merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan sebagai lokomotif pemulihan perekonomian.

“Secara natural pemulihan ekonomi akan memerlukan perdagangan dan investasi yang lebih besar. Dalam skenario recovery berjalan, namun kemudian konektivitas perdagangan dibatasi maka pemulihan akan makin lama,” kata Yose saat dihubungi, Selasa (26/1/2021).

Dengan demikian, Yose berpandangan tren proteksionisme yang muncul selama pandemi tidak akan bertahan lama.

Dia menyebutkan lambat laun negara-negara akan membuka diri, termasuk Amerika Serikat yang dalam empat tahun kepemimpinan Donald Trump cenderung protektif terhadap pasar dalam negerinya demi mengurangi defisit neraca dagang.

Yose pun menyebutkan perdagangan akan memainkan peran penting dalam menangkap peluang investasi yang muncul dari tren diversifikasi basis produksi. Jika ingin menjadi bagian dari aktivitas produksi internasional, kebijakan perdagangan Indonesia haruslah akomodatif.

Yose mengatakan investasi yang masuk tidak bisa semata-mata hanya dimanfaatkan untuk mendorong ekspor, tetapi juga memungkinkan masuknya bahan baku dan penolong.

“Menangkap peluang investasi ini tidak bisa sebagian karena menjadi bagian produksi internasional tidak sebatas investasi. Investasi hanya bisa masuk jika kebijakan perdagangan benar. Jadi trade dan investment ini sangat berkaitan,” kata dia.

Yose mengemukakan terdapat beberapa sektor yang potensial untuk diberi akses bahan baku penolong dan modal yang lebih luas sehingga penghilirannya lebih baik. Sektor-sektor ini mencakup industri manufaktur dan jasa digital seperti kendaraan bermotor, elektronik, makanan dan minuman, tekstil, dan alas kaki.

“Mungkin dengan reformasi di perdagangan status industri ini dalam hub internasional bisa lebih tinggi lagi dan menangkap peluang investasi diversifikasi produksi dari China,” sambung Yose.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper