Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Perdagangan Benny Soetrisno melihat peluang ekspor ke AS akan terimbas dampak persaingan geopolitik antara AS dan China yang diperkirakan berlanjut.
“[Presiden AS Joe] Biden saya kira lebih cerdas dalam mempertahankan pengaruh ke kawasan. Untuk menjamin hal tersebut, dia akan membuka akses pasar termasuk ke Indonesia,” ujarnya pada Rabu (20/1/2021).
Hal ini juga terlihat dari sinyal investasi yang diharapkan datang dari Negeri Paman Sam agar mengimbangi masuknya arus modal dari China. Sebagaimana diketahui, investasi terbesar AS di negara-negara Asean berada di Singapura dan Malaysia.
Adapun soal utilisasi GSP (Generalized System of Preferences) yang terbilang masih rendah, Benny berpendapat hal ini merupakan efek dari diseminasi informasi yang terbatas.
Dia menyebutkan para eksportir kerap kesulitan menentukan produk-produk apa saja yang mendapat tarif preferensi karena informasi yang diperoleh merujuk pada kode HS. Karena itu, dia berharap pemerintah dapat menyampaikan informasi yang lebih komprehensif.
“Kalau dalam bentuk nomor HS saja, eksportir banyak yang tidak tahu. Ini tugas Kemendag untuk mendiseminasi pelaku usaha apa saja nama barangnya,” tambahnya.
Baca Juga
Terlepas dari kendala itu, dia mengestimasi kebijakan yang disuguhkan Biden pada awal kepemimpinannya bisa mengerek ekspor Indonesia sampai US$25 miliar pada tahun ini selama diterapkan secara konsisten, termasuk peningkatan utilisasi dan kelanjutan stimulus ekonomi AS.
Di samping itu, akses ke pasar AS membuka peluang untuk penetrasi ke Meksiko dan negara Amerika Tengah lainnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto mengatakan kinerja ekspor apparel atau produk tekstil rajut Indonesia masih menunjukkan performa yang positif meski sebagian besar fasilitas GSP tak lagi diterima oleh produk ini.
Sebagai contoh, ekspor aksesoris Indonesia dengan fasilitas GSP sampai Agustus 2020 mencapai US$13,3 juta atau turun 19,2 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.
“Angka ini sudah tinggi karena situasi Covid-19, terlebih produk apparel sebagian besar tidak lagi mendapat fasilitas GSP,” kata Anne.
Ekspor pakaian dan aksesoris pakaian dengan kode HS 61 ke AS sepanjang Januari sampai Agustus 2020 tercatat menyentuh US$1,19 miliar. Sementara sampai November, ekspor pakaian dan aksesoris secara kumulatif mencapai US$1,68 miliar.