Bisnis.com, JAKARTA - Perbankan Filipina diyakini akan pulih lebih cepat dari dampak pandemi virus Corona daripada saat krisis keuangan Asia, ditopang oleh suku bunga rendah, permodalan yang lebih tinggi dan ekonomi yang stabil.
Cezar Consing, Presiden Asosiasi Bankir Filipina, mengatakan pemberi pinjaman di negara itu dapat bangkit kembali dalam tiga hingga empat tahun, sekitar setengah dari waktu yang dibutuhkan setelah krisis 1997 karena bank secara agresif menyediakan dana provisi untuk mengantisipasi kerugian.
"Krisis ini mungkin lebih berdampak pada ekonomi, tetapi sistem perbankan pada saat yang sama lebih mampu menangani beberapa tekanan," katanya dalam sebuah wawancara, dilansir Bloomberg, Senin (18/1/2021).
Rasio pinjaman buruk Filipina dapat mencapai puncak 6 persen hingga 7 persen tahun ini, dibandingkan dengan sekitar 4 persen pada 2020, dan jauh lebih rendah dari tingkat 20 persen yang terlihat selama krisis Asia. Ini berarti bank memiliki sekitar 744 miliar peso (US$15,5 miliar) utang macet dari total 10,63 triliun peso pinjaman pada akhir November.
Consing, yang menjalani tiga bulan terakhirnya sebagai presiden Bank of the Philippine Islands sebelum pensiun, mengenang bahwa pemberi pinjaman butuh waktu enam hingga tujuh tahun untuk memulihkan keuntungan setelah krisis 1997.
Bangko Sentral ng Pilipinas, seperti bank sentral lainnya di dunia, telah melonggarkan kebijakan moneter dan melakukan langkah-langkah bantuan lain untuk membatasi dampak pandemi. Bank sentral memotong persyaratan cadangan bagi bank untuk mendorong pinjaman dan membantu menopang uang tunai dalam sistem keuangan.
Baca Juga
Menurut perkiraan terbaru pemerintah, ekonomi akan tumbuh 6,5 persen hingga 7,5 persen tahun ini, setelah proyeksi kontraksi sebanyak 9,5 persen pada 2020.
Consing juga mengatakan bank dapat mentolerir suku bunga negatif hingga satu tahun.
"Jika Anda memiliki suku bunga negatif untuk jangka waktu yang lama, Anda menciptakan gelembung, Anda menciptakan masalah, Anda salah mengalokasikan sumber daya," katanya.
Sementara suku bunga turun, beban lain seperti biaya regulasi, teknologi, dan keamanan siber meningkat
Tantangan bagi bank Filipina adalah bagaimana menjadi lebih besar dan tetap relevan untuk mendukung agenda pertumbuhan. Bank sekarang menyumbang 12 persen hingga 13 persen dari bursa saham dibandingkan dengan 15 persen satu dekade lalu.