Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi memperkirakan kondisi pasar gas alam cair atau liquefied natural gas akan semakin ketat pada tahun ini.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan bahwa tahun ini akan menjadi satu masa kebiasaan baru untuk pasar LNG karena semakin banyaknya pemasok. Kompetisi harga LNG pada 2021 diproyeksikan semakin ketat dibandingkan dengan tahun lalu.
"New normal-nya harga LNG mungkin terimbas akan lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya," katanya baru-baru ini.
Arief memaparkan bahwa pada 2021 proyeksi lifting LNG sebesar 200,7 kargo. Jumlah tersebut terdiri atas lifting dari Kilang LNG Bontang sebesar 77,7 kargo yang terbagi atas 18,7 kargo untuk domestik dan 59,04 kargo untuk diekspor.
Sementara itu, lifting dari Kilang LNG Tangguh diproyeksikan sebesar 123 kargo dengan perincian 35 kargo untuk kebutuhan domestik dan 88 kargo untuk diekspor.
Lebih lanjut, Arief mengatakan bahwa strategi pemasaran LNG pada tahun ini adalah dengan meminimalisir kargo yang tidak terkontrak yang pada akhirnya akan memengaruhi harga. Menurutnya, jika kargo-kargo LNG dijual dengan harga yang murah maka nantinya berdampak kepada penerimaan negara.
"Kalau harganya murah berarti penerimaan negara akan lebih sedikit. Kita unya penerimaan negara kemarin 140 persen dari target. Itu coba kita pertahankan atau mungkin kita coba tingkatkan," ungkapnya.
Sepanjang 2020, realisasi lifting dari Kilang LNG Bontang mencapai 84,9 kargo dari target sebesar 84,8 kargo. Realisasi lifting dari Kilang LNG Tangguh sebesar 122 kargo dari target 121 kargo.
Adapun, penerimaan negara sepanjang 2020 tercatat senilai US$8,24 miliar dari target senilai US$5,86 miliar atau 141 persen dari target tahun lalu.
"Upaya kita SKK Migas dan KKKS, fiskal sistem dan BP Tangguh tentunya akan coba mengupayakan meng-create deal-deal yang bagus untuk negara, bagus untuk KKKS sehingga optimisasi penerimaan negara juga akan lebih baik," ujarnya.