Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha logistik mengapresiasi kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan dalam perjanjian Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA). Namun, dalam waktu dekat, perjanjian ini dinilai tidak akan berpengaruh banyak terhadap ekspor Indonesia karena masih adanya kelangkaan kontainer.
Dewan Pemakai Angkutan Jasa Indonesia (Depalindo) Toto Dirgantoro menuturkan perjanjian IK-CEPA dapat membantu perdagangan Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) yang makin meningkat. Tapi, eksportir tetap kesulitan dalam waktu dekat.
"Perdangangan Indoneisa dengan Korsel meningkat, syukur-syukur Korsel akan produksi di Indonesia. Sekarang dalam waktu dekat ini kendalanya Indonesia mengalami shortage container dan kesulitan ekspor karena tidak tercukupinya peti kemas kosong dan space kapal. Mudah-mudahan segera ada solusi," paparnya kepada Bisnis, Jumat (18/12/2020).
Lebih lanjut, kondisi kekurangan kontainer ekspor juga terjadi pada semua negara Asean dan bahkan Korsel. Menurut Toto, perlu ada solusi pemilik barang duduk bersama dengan perwakilan pemilik perusahaan pelayaran internasional untuk menyelesaikan perkara kontainer ini.
Sementara itu, Ketua DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan kekurangan kontainer dapat terjadi hingga semester I/2021. Namun, dia meyakini ada peluang yang bisa diraih melalui kerja sama Korsel dan Indonesia.
"Tentunya Indonesia juga harus melakukan inovasi dan melihat peluang-peluang baru di Korsel. Saya punya keyakinan, kita bisa cukup berimbang. Namun, untuk 6 bulan ke depan ada kondisi kelangkaan, itu bukan hubungan dengan Korsel saja tetapi terjadi dengan semua negara yang ada," ujar Yukki kepada Bisnis.
Dia mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif sementara bagi para eksportir yang tengah kesulitan ekspor. Insentif itu berupa relaksasi perpajakan juga perbankan, sehingga kenaikan biaya angkut (freight) yang harus dibayar dapat terkompensasi dari relaksasi tersebut.
Adapun, Ketua DPP Indonesia National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto mengungkapkan IK-CEPA memang dipercaya akan menggenjot perdagangan Indonesia dan Korsel, baik ekspor maupun impor.
Dia melanjutkan kondisi pandemi saat ini tidak hanya berakibat pada kelangkaan kontainer, tetapi juga terbatasnya ruang kapal sebagai dampak tidak seimbangnya pasokan yang lebih sedikit dari permintaan. Hal ini berujung pada meningkatnya biaya angkut secara cukup signifikan.
"Jadi kalau meningkatnya volume ekspor tidak mau terkendala, maka Indonesia harus mengikuti harga pasar dunia saat ini. Kelangkaan kontainer kosong dengan sendirinya akan teratasi dengan repositioning yang dilakukan pelayaran internasional jika kesepakatan freight terjadi," urai Carmelita.
Dia menerangkan kondisi ini terjadi di seluruh dunia dan menjadi dinamika industri pelayaran.
"Beberapa tahun yang lalu akibat supply yang lebih besar dari demand, banyak shipping yang gulung tikar seperti Hanjin atau terpaksa melakukan merger," imbuh Carmelita.
Adapun, total perdagangan Indonesia-Korsel tercatat sebesar US$10,74 miliar sepanjang Januari–Oktober 2020. Dalam 5 tahun terakhir, tren perdagangan kedua negara tercatat tumbuh 2,57 persen.