Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Skema Konsorsium Bisa Jadi Solusi Pembangunan Kilang

Minat investor dalam proyek pembangunan kilang masih banyak. Namun, mayoritas investor tidak ingin mengelola proyek kilang tersebut secara mandiri.
Sejumlah tangki timbun Refinery Unit (RU) IV Pertamina terlihat dari ketinggian di Cilacap, Jawa Tengah. (7/1)./JIBI
Sejumlah tangki timbun Refinery Unit (RU) IV Pertamina terlihat dari ketinggian di Cilacap, Jawa Tengah. (7/1)./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan kilang baru membutuhkan biaya investasi yang sangat besar dan juga risiko dibalik pengerjaan. Skema konsorsium dinilai bisa menjadi jalan keluarnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional Moshe Rizal mengatakan bahwa minat investor dalam proyek pembangunan kilang masih banyak. Namun, mayoritas investor tidak ingin mengelola proyek kilang tersebut secara mandiri.

"Konsorsium ini bisa terlaksana karena dari sisi size-nya masifnya di-protect dan keekonomian risiko harus dibagi-bagi," katanya dalam dalam acara Energy Corner, CNBC TV Indonesia, Senin (14/12/2020).

Di sisi lain, Moshe mengatakan bahwa banyak pihak swasta yang memiliki keinginan untuk membangunan kilang di Indonesia. Ada beberapa perusahaan yang telah menyiapkan lahan, serta investornya.

Namun, salah satu kendalanya adalah karena distribusi BBM di Indonesia didominasi oleh Pertamina, maka perusahaan swasta yang ingin membangun kilang mau tidak mau harus menggandeng Pertamina apabila untuk dikonsumsi dalam negeri.

"Memang mau tidak mau mereka harus bekerja sama dengan Pertamina, sedangkan salah satu sisi Pertamina mau bangun kilang sendiri, jadi kan ada Pertamina ada yang mau bangun kilang sendiri, jadi dua-duanya bisa bersinergi ya," ungkapnya.

Moshe menilai peningkatan kualitas kilang yang sudah ada dan juga pembangunan kilang baru dinilai masih sangat diperlukan untuk Indonesia. Hal itu sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dia menuturkan bahwa kendati ke depannya tren energi baru dan terbarukan akan meningkat, dalam 20 tahun—30 tahun ke depan Indonesia masih akan bergantung pada bahan bakar fosil.

"Kita juga butuh kilang baru untuk mencapai konsumsi yang kita butuhkan dalam 10 tahun—20 tahun ke depan, karena mau tidak mau masih bergantung pada fosil fuel ya meski sudah ada energi baru terbarukan," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper