Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI Terendah Sepanjang Sejarah. Masih Bisa Turun Tahun 2021?

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan kebijakan suku bunga akan sangat bergantung pada perkembangan inflasi. Sementara pada tahun depan, khususnya pada semester I/2021 inflasi diperkirakan masih akan berada pada level yang rendah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7 Days Reverse Repo Rate/BI7DRRR) diperkirakan masih memiliki ruang penurunan lebih lanjut sejalan dengan kebijakan suku bunga rendah yang masih akan diterapkan Bank Indonesia (BI) pada 2021.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan kebijakan suku bunga akan sangat bergantung pada perkembangan inflasi. Sementara pada tahun depan, khususnya pada semester I/2021 inflasi diperkirakan masih akan berada pada level yang rendah.

"Hal ini mungkin terjadi di semester pertama tahun 2021, ketika daya beli belum sepenuhnya terungkit," katanya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengisyaratkan kebijakan suku bunga rendah akan terus berlanjut pada 2021, hingga tanda-tanda tekanan pada inflasi mulai terlihat.

Sepanjang 2020, BI telah memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali hingga mencapai level terendah sepanjang sejarah, yaitu menjadi sebesar 3,75 persen.

"Suku bunga akan tetap rendah sampai muncul tanda-tanda tekanan inflasi akan meningkat. Suku bunga BI yang sekarang 3,75 persen terendah sepanjang sejarah," katanya, Kamis (3/12/2020).

Meski masih memiliki ruang penurunan, menurut Yusuf, intensitas pemangkasan suku bunga acuan di 2021 tidak akan seagresif seperti pada tahun ini.

Dia menjelaskan, inflasi dalam proses konsolidasi ekonomi memang masih akan realtif rendah, dipengaruhi oleh daya beli yang masih dalam tahap pemulihan.

Namun, kebijakan suku bunga tidak hanya dipengaruhi oleh inflasi saja, tetapi juga oleh kondisi neraca pembayaran dan aliran modal yang keluar dari pasar keuangan atau capital outflow.

Dia memperkirakan pasar keuangan pada 2021 akan lebih aktif dibandingkan dengan tahun ini, karena itu volatilitas di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang juga akan lebih tinggi.

Jika ada sentimen negatif terhadap ekonomi global di tahun depan, maka BI bisa saja menggunakan instrumennya untuk menaikkan suku bunga acuan untuk menahan capital outflow tidak terjadi.

"Indonesia merupakan negara dengan tingkat volalitias yang cukup tinggi, aliran capital bisa masuk dan keluar dengan cepat. Ini yang kemudian perlu diwaspadai," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper