Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hexpharm Akan Mengurangi Impor Bahan Baku Obat

Hexparm masih bergantung pada bahan baku impor sekitar 90 persen pada tahun ini.
Ilustrasi: Resep ramuan berusia 1.000 tahun bisa digunakan untuk obat-obatan, salep, dan antibiotik./ilustrasi
Ilustrasi: Resep ramuan berusia 1.000 tahun bisa digunakan untuk obat-obatan, salep, dan antibiotik./ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — PT Hexpharm Jaya Laboratories sedang menyusun peta jalan penggunaan bahan baku obat besutan pabrikan lokal.

Presiden Direktur Hexpharm Mulia Lie mengatakan bahwa pemerintah mendorong pihaknya untuk mulai menggunakan bahan baku obat (BBO) lokal. Perusahaan telah mulai mengurangi importasi produk farmasi pada tahun ini.

"[Produk farmasi] impor sebisa mungkin kami kurangi supaya bisa bikin di lokal. [Sejauh ini] tingkat komponen dalam negeri Hexpharm rata-rata sekitar 35 persen," katanya kepada Bisnis, Selasa (1/12/2020).

Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 16/2020 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungn Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Farmasi.

Permenperin itu mengatur asal tenaga kerja, permesinan, dan asal material memiliki peranan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai investasi.

Kandungan bahan baku memiliki bobot 50 persen, penelitian dan pengembangan sekitar 30 persen, produksi hingga 15 persen, dan pengemasan hanya 5 persen.

Mulia menyatakan bahwa tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang ia sebutkan telah menggunakan metode Permenperin No. 16/2020. Mulia menyatakan bahwa pihaknya masih bergantung pada BBO impor sekitar 90 persen pada tahun ini.

Menurutnya, sekitar 65 persen dari total impor BBO Hexpahrm dipasok dari China dan India. Walakin, Mulia menyampaikan bahwa pihaknya belum menghadapi masalah terkait ketersediaan BBO perseroan walaupun kedua negara tersebut telah melakukan protokol lockdown.

"Kami selalu [memasok BBO setidaknya] dari dua sumber. Bukan hanya lebih dari satu perusahaan, melainkan lebih dari satu negara. Itu bagian dari risk management kami," ucapnya.

Berdasarkan data Kemenperin, ketergantungan impor pada 2020 akan berkurang sebesar 2,72 persen menjadi sekitar 92 persen.

Hal itu didasarkan pada produksi beberapa BBO oleh PT Kimia Farma Sungwoon Pharmacopia (KFSP) pada tahun ini, seperti Simvastatin (4,2 ton), Atorvastatin (0,7 ton), Clopidogrel (7,6 ton), dan Entecavir (371 gram).

Kemenperin mendata ketergantungan BBO impor pabrikan lokal akan berkurang hingga 74,68 persen pada 2024 dari basis dasar sekitar 95 persen—96 persen pada 2019. Adapun, hal tersebut sejalan dengan pandangan Mulia.

Mulia menilai bahwa pengurangan impor BBO melalui pembangunan industri BBO nasional harus dilakukan secara bertahap. Dengan kata lain, pabrikan harus masih bergantung pada BBO impor.

"Jadi, kemandirian industri bahan baku [obat] itu bisa kita mulai dari bahan [baku] penolong dulu, [setelah itu] pelan-pelan ke bahan baku [obat] yang utama," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper