Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kimia Farma Bakal Lanjutkan Kinerja Positif Tahun Depan

PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menyatakan peningkatan penjualan dan efisiensi beban usaha akan menjadi kunci pada 2021.  
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma
Seorang petugas di Apotik Kimia Farma sedang melihat persediaan barang yang dijual di etalase./Kimia Farma

Bisnis.com, JAKARTA – PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menyatakan akan melanjutkan peningkatan penjualan dan efisiensi beban usaha pada 2021.  

Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno mengatakan pihaknya akan menjaga performa keuangan perseroan pada tahun depan. Adapun, Ganti meramalkan kinerja perseroan masih akan tumbuh positif hingga akhir 2020 secara tahunan. 

"Perseroan terus melakukan pemenuhan kebutuhan pemerintah, baik dalam hal penanganan Covid-19 maupun kebutuhan pemerintah dan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan," katanya kepada Bisnis, Rabu (18/11/2020). 

Ganti mendata nilai penjualan perseroan naik 2,42 persen secara tahunan menjadi Rp7,04 triliun pada Januari-September 2020. Adapun, lanjutnya, laba operasi perseroan naik 17,57 persen secara tahunan menjadi Rp504,5 miliar. 

Sebelumnya, Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor bahan baku obat (BBO) hingga 25 persen pada 2024. Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) industri farmasi menjadi penting.

Menurutnya, target penurunan BBO oleh pabrikan perlu dukungan dari pemerintah. Seperti diketahui, Kimia Farma menargetkan dapat berkontribusi dalam penurunan BBO impor hingga 20,52 persen menjadi sekitar 74,48 persen pada 2024. 

"Hal ini merupakan langkah yang dilakukan perseroan untuk mendukung Kemandirian Industri Farmasi Nasional, khususnya dalam industri BBO mengingat ketergantungan impor BBO masih tinggi," ucapnya.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kontribusi Kimia Farma dalam industri BBO akan ditopang oleh performa PT Kimia Farma Sungwoon Pharmacopia dan kerja sama antara Kimia Farma dan PT Pertamina (Persero) dalam memproduksi parasetamol. 

Saat ini, industri farmasi nasional masih mengimpor parasetamol sebanyak 7.000 ton senilai US$32,5 juta. Ganti belum melaporkan nilai investasi yang akan dikucurkan dalam kerja sama antara pihaknya dan Pertamina. 

"[Perhitungan nilai investasi] on process. Untuk detailnya sambil melihat perkembangan pasar," katanya. 

Ganti berharap pihaknya dapat menurunkan nilai impor BBO hingga 25 persen pada 2024. Oleh karena itu, ujarnya, pelaksanaan peraturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) industri farmasi menjadi penting. 

Seperti diketahui, Kemenperin telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 16/2020 pada akhir kuartal I/2020. Berdasarkan Permenperin No. 16/2020, asal tenaga kerja, permesinan, dan asal material memiliki peranan lebih tinggi dibandingkan nilai investasi. 

Adapun,kandungan bahan baku memiliki bobot 50 persen, penelitian dan pengembangan sekitar 30 persen, produksi hingga 15 persen, dan pengemasan hanya 5 persen. Walakin, ketentuan tersebut tidak mengatur ketentuan minimum yang harus dipatuhi pabrikan farmasi lokal untuk melakukan proses produksi.

"Apabila BBO dalam negeri optimal digunakan, penurunan impor BBO dapat tercapai secara optimal sebagai bagian dari kemandirian industri farmasi nasional dan alat kesehatan," katanya


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper