Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi India diperkirakan akan pulih dari resesi pada awal tahun depan, meskipun bergerak dalam kecepatan sedang.
Dari jejak pendapat Reuters yang dikutip dari Mint, mayoritas ekonom melihat pemulihan ekonomi India ini didasarkan pada kemajuan vaksin Covid-19.
Berita vaksin baru-baru ini telah mendorong saham India ke rekor tertinggi berulang kali dan memicu harapan kenaikan aktivitas ekonomi.
Hal itu ditambah dengan permintaan yang mulai meningkat sehingga semakin meningkatkan optimisme di antara para ekonom selama sebulan terakhir.
Hampir dua pertiga responden, 26 dari 40 ekonom, meningkatkan proyeksi pertumbuhan setelah kabar kemajuan vaksin itu.
"Kami memperkirakan pemulihan pertumbuhan akan menguat dibantu oleh berlanjutnya normalisasi dalam aktivitas ekonomi karena data Covid-19 yang tetap jinak dan tidak memerlukan penutupan skala besar," kata Upasana Chachra, Kepala Ekonom India di Morgan Stanley, dikutip dari Mint.
Baca Juga
"Kami juga mengasumsikan ketersediaan vaksin pada Q1/2021 akan membantu mengurangi risiko lanjutan dan mempercepat laju pembukaan ekonomi," ungkapnya.
Jajak pendapat 18-25 November 2020 dari hampir 50 ekonom menunjukkan ekonomi akan terkontraksi pada kuartal Juli-September dan Oktober-Desember yang masing-masing sebesar 8,8 persen dan 3 persen. Angka ini turun dibandingkan proyeksi sebelumnya, yakni -10,4 persen dan -5 persen bulan lalu.
Pada kuartal I/2021, ekonomi diperkirakan akan kembali tumbuh 0,5 persen dan keluar dari resesi. Namun, konsensus ekonom masih memperkirakan kontraksi sebesar -8,7 persen untuk tahun fiskal 2020.
Kemudian, ekonomi India diperkirakan akan meningkat masing-masing sebesar 9 persen dan 5,8 persen pada tahun fiskal 2022 dan 2023.
Kendati demikian, ekonomi India diperkirakan tidak akan kembali ke level sebelum Covid-19 dalam waktu dekat. Harapan ini sangat kontras dengan ahli strategi pasar saham, yang mengharapkan pendapatan perusahaan pulih dalam tahun depan.
Namun, pemulihan masih menghadapi beberapa risiko penurunan, termasuk ketersediaan dan distribusi vaksin kepada lebih dari 1,3 miliar orang di negara tersebut.