Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kimia Dasar Keluhkan Efek Penurunan Harga Gas

Belum semua pabrikan industri kimia dasar menerima manfaat dari penurunan harga gas untuk industri. ersebut
Petugas melakukan pemeriksaan dan perekaman data di pabrik butadiene di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), di Cilegon, Banten, Kamis (19/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Petugas melakukan pemeriksaan dan perekaman data di pabrik butadiene di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), di Cilegon, Banten, Kamis (19/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) menyatakan efek penurunan tarif gas belum maksimum saat ini. Pasalnya, belum semua pabrikan menerima manfaat tersebut. 

Ketua Umum Akida Michael Susanto Pardi mengatakan pihaknya telah merekomendasikan 23 pabrikan untuk mendapatkan manfaat penurunan tarif gas. Namun demikian, kurang dari 10 pabrikan yang mendapatkan manfaat tersebut. 

"Jadi, kalau dibanding total industri kimia, jumlah penerima [penurunan] tarif gas mungkin hanya 5 persen," ucapnya kepada Bisnis, Minggu (22/11/2020). 

Michale menyampaikan gas berkontribusi sekitar 30 persen dari biaya produksi. Dengan turunnya tari gas, Michael menyatakan harga jual kimia dasar di dalam negeri saat ini turun sekitar 3-4 persen.

Walakin, anjloknya permintaan akibat pandemi COvid-19, naiknya harga bahan baku, denda pemakaian batas minimum gas, dan pelemahan rupiah pada kuartal III/2020 membuat penurunan harga tersebut tidak dirasakan oleh konsumen.

Namun demikian, Michael berpendapta penurunan tarif gas saat ini tetap efktif mengerem arus impro kimia dasar dalam negeri. Pasalnya, harga impor akan terlampau murah jika tari gas tetap di kisaran US$9 per mmBTU.

Di samping itu, Michael menyatakan penurunan tarif gas tersebut perlu didampingi oleh perindungan pasar dalam negeri. Menurutnya, pemerintah perlu tegas dalam pembuatan dan implementasi aturan perlindungan pasar domestik. 

"Indonesia ini terlalu terbuka dengan produk impor [kimia dasar], sedangkan negara-negara lain sangat melindungi industri dalam negeri mereka," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper