Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah beserta lembaga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM) terus mematangkan skema vaksinasi Covid-19.
Hingga saat ini, pembahasan mengenai skema vaksin Covid-19 masih berada di tahap finalisasi sejak akhir Oktober 2020.
Dalam perkembangannya, pertimbangan-pertimbangan pemerintah beserta lembaga lain yang terlibat dalam pembahasan skema vaksin telah mengerucut ke sejumlah hal.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Profesor Wiku Adi Sasmito mengatakan pertimbangan utama dalam pembahasan skema vaksinasi saat ini berkutat di kelompok penerima prioritas dan zonasi wilayah berisiko.
"Skema vaksinasi sudah dalam tahap finalisasi dengan mempertimbangkan kelompok prioritas dan wilayah berisiko," ujar Prof. Wiku kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).
Beberapa hal seperti petunjuk teknis distribusi logistik, ketersediaan pelayanan, detil penerima vaksin, harga, serta waktu vaksinasi akan segera diinformasikan oleh pemerintah bersamaan dengan rampungnya skema vaksinasi yang ditargetkan rampung dalam waktu dekat.
Baca Juga
Adapun, preliminary study persepsi masyarakat mengenai vaksin Covid-19 yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai awalan strategi komunikasi vaksin pemerintah ke depan, sampai dengan saat ini belum terdapat perkembangan.
Sebagai informasi, terkait dengan pengadaan vaksin Covid-19 di Indonesia, terdapat 4 kerja sama yang dilakukan antara perusahaan milik BUMN ataupun swasta dengan penyedia vaksin global.
Pertama, PT Bio Farma (Persero) menjalin kerja sama dengan Sinovac Biotech asal China. Dalam kerja sama tersebut, PT Bio Farma melakukan uji klinis fase 3 di Bandung terhadap 1.600 orang periode Juli-September 2020.
Berdasarkan laporan Kementerian Perekonomian pada pertengahan tahun, bulk vaksin sudah ada di laboratorium Universitas Padjajaran Bandung sejak 19 Juli 2020 dengan kapasitas 120 juta dosis/tahun.
Kedua, kerja sama antara PT Kalbe Farma Tbk. dan Genexine Consortium dari Korea Selatan. Kedua perusahaan melakukan uji klinis fase-3 selam periode September 2020 - Maret 2021.
Dalam kerja sama tersebut, conditional approval oleh BPOM rencananya diterbitkan pada Agustus 2021 dengan kapasitas 50 juta dosis/tahun.
Ketiga, PT Bio Farma dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI). Dalam kerja sama tersebut, CEPI sepakat melakukan transfer teknologi formulasi vaksin.
Bio Farma nantinya juga akan memproduksi vaksin Covid-19 yang dikembangkan CEPI serta melakukan pengembangan kapasitas (Utilization of Excess Capacity Fill-Finish).
Dalam kerja sama tersebut, Bio Farma masuk ke dalam 10 perusahaan yang dapat memproduksi vaksin CEPI dengan bahan baku vaksin berasal dari Mumbai, India.
Keempat, PT BCHT Bioteknologi Indonesia dan China Sinopharm International Corporation (Wuhan Institute o Biological Product). Kedua perusahaan melakukan sepakat melakukan proses uji klinis fase 1 dan 2 rencananya mulai dilakukan pada April 2021.