Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Batu Bara Belum Pulih, Ini Kata PTBA Soal Proyeksi Produksi 2021

Produksi batu bara PTBA sampai dengan kuartal III/2020 tercatat 19,4 juta ton atau turun sekitar 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Aktivitas penambangan batu bara PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim, Sumatra Selatan/Bloomberg-Dadang Tri
Aktivitas penambangan batu bara PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim, Sumatra Selatan/Bloomberg-Dadang Tri

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) optimistis produksi batu bara perseroan tahun depan tidak akan lebih rendah dari target tahun ini.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin memperkirakan kondisi pasar batu bara tahun depan belum akan sepenuhnya pulih sebagaimana kondisi sebelum pandemi Covid-19.

Meski demikian, dia optimistis angka produksi perseroan tahun depan tidak lebih rendah dari tahun ini seiring dengan adanya tren peningkatan permintaan dan harga batu bara pada Oktober dan November ini.

"Dari sisi volume sedang dikaji. Kami sedang susun rencana kerja anggaran 2021, tapi belum final.  Insyaallah kami berkeyakinan tidak lebih rendah dari tahun ini," ujar Arviyan dalam konferensi pers kinerja kuartal III/2020 secara virtual, Jumat (6/11/2020).

Produksi batu bara perseroan sampai dengan kuartal III/2020 tercatat 19,4 juta ton atau turun sekitar 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Realisasi tersebut mencapai 77 persen dari target tahun ini yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton.

Adapun, volume penjualan batu bara perseroan sampai dengan kuartal III/2020 mencapai 18,6 juta ton atau turun sekitar 9 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang bisa mencapai 20,6 juta ton.

Kinerja PTBA hingga kuartal III/2020 masih terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti, China dan India.

Demikian pula dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA.  Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik.

Harga batu bara yang terus merosot selama tiga triwulan ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, harga batu bara acuan ini merosot sekitar 24 persen dari US$65,93 per ton pada Januari 2020 menjadi US$49,92 per ton pada September 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper