Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 minus 3,49 persen (year-on-year/yoy).
Ini artinya, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi atau mencapai level minus selama dua kuartal berturut-turut. Pasalnya, pada kuartal II/2020 ekonomi Indonesia Indonesia tercatat minus 5,2 persen (yoy). RI pun sah masuk ke jurang resesi.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Dr. Willem A. Makaliwe menjelaskan bagaimana dampak resesi bagi masyarakat.
Menurut Willem, keadaan resesi membuat masyarakat mengalami kemunduran yang disebut dengan penurunan aktivias. Hal itu dijelaskan melalui kanal Youtube OVIS UI yang berjudul "Dampak dari Resesi Ekonomi?".
Dosen FEB UI ini menganalogikan resesi dengan sebuah perusahaan yang misalnya biasa memproduksi kursi dalam satu tahun sebanyak 10 kursi. Masing-masing kursi tersebut, lanjutnya, dikerjakan oleh satu orang yang berarti terdapat 10 orang atau karyawan yang dipekerjakan.
"Namun, karena terjadi penurunan aktivitas akibat resesi, perusahaan ini dalam satu tahun hanya bisa menjual delapan kursi yang menyebabkan penurunan penjualan dari tahun lalu," ujar Willem seperti dikutip Bisnis, Kamis (5/11/2020).
Akibatnya, perusahaan hanya mempekerjakan delapan orang dan dua orang lainnya akan kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, katanya, dua orang pekerja tentu akan mengurangi porsi belanja sehari-hari.
"Yang bekerja 2 orang yang kehilangan pekerjaan pastinya akan mengurangi belanjanya katakanlah ya biasanya mungkin sore-sore iseng-iseng ya makanya kue, siomay dan sebagainya. Wah terpaksa ditahan belanjanya. Ditahan belanja beli sepatu baru ditahan," terang Willem.
Tidak berhenti sampai disana, pedagang kue atau siomay ini nantinya juga akan mengalami penurunan penjualan yang kemudian juga mempengaruhi pendapatannya.
Penurunan pendapatan itu, lanjutnya, bakal mempengaruhi daya beli penjual siomay. Kondisi tersebut berlaku seperti efek domino atau akan mempengaruhi perekonomian lain. Hal ini kemudian juga dikenal dengan istilah multiplayer effect dalam bentuk negatif
"Membuat permintaan masyarakat mengalami penurunan dan itu yang kita sedih karena bisa berlanjut pada berbagai macam sektor atau berbagai macam kegiatan," ungkap Willem melalui akun Youtube OVIS UI.
Kejadian-kejadian di atas kemudian mendorong angka pengangguran menjadi bertambah. Para pekerja kehilangan pekerjaannya dan juga kesulitan untuk mencari pekerjaan baru.
Hal ini dikarenakan perusahaan tidak menambah karyawannya malah mengurangi jumlah karyawan.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Agustus 2020 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 7,07 persen. Dari data yang diperoleh Bisnis, realisasi terburuk selama pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Pasalnya, TPT kali ini merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2012. Saat itu, tingkat pengangguran mencapai sebesar 6,13 persen.
Terakhir kali TPT di atas 7 persen terjadi pada periode kedua pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yaitu Agustus 2011 sebesar 7,48 persen.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memproyeksikan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di tanah air pada kuartal IV/2020 berpotensi menyentuh angka 12 persen jauh di atas kisaran kondisi normal yaitu 5 persen.
Jika resesi terjadi berkepanjangan, bagaimana nasib pekerja dan angkatan kerja baru di Indonesia?