Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Resesi, Istana Optimistis Pemulihan Ekonomi di Jalur yang Tepat

Staf Khusus Presiden Arif Budimanta mengatakan pada kuartal keempat, sisa anggaran akan terus disalurkan untuk menstimulasi perekonomian.
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta (tengah) bersama dengan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nunung Nuryartono (kanan) dan Anggota Kelompok Kerja KEIN Hardy Hermawan menyampaikan paparan dalam diskusi bersama media di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta (tengah) bersama dengan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Nunung Nuryartono (kanan) dan Anggota Kelompok Kerja KEIN Hardy Hermawan menyampaikan paparan dalam diskusi bersama media di Jakarta, Kamis (27/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia resmi memasuki resesi ekonomi. Hal ini ditandai dengan kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal terakhir.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal III/2020, PDB Indonesia turun 3,49 persen secara tahunan. Pada kuartal sebelumnya PDB Indonesia juga pada posisi negatif, yakni minus 5,32 persen.

Namun, Staf Khusus Presiden Arif Budimanta melihat hal tersebut sebagai indikator perbaikan perekonomian Indonesia. Meskipun masih berada pada level negatif, secara kuartalan ekonomi negara ini tumbuh 5,05 persen.

“Kebijakan pemerintah, melalui program penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional atau PEN, terbukti efektif dalam membalikan pelemahan ekonomi yang sempat dialami Indonesia sejak awal pandemi, Maret 2020,” katanya melalui keterangan resmi, Kamis (5/11/2020).

Arif melanjutkan bahwa belanja pemerintah pada kuatal III/2020 tumbuh 9,76 persen dan memberikan kontribusi senilai 9,69 persen terhadap PDB. Pekerjaan rumah pemerintah saat ini adalah mendongkrak konsumsi rumah dan investasi.

Sektor konsumsi rumah tangga pada kurtal III/2020 tercatat terkoreksi negatif 4,04 persen secara tahunan. Sektor investasi juga berada di zona negatif, sebesar minus 6,48 persen.

“Dari sektor perdagangan internasional, ekspor mengalami pertumbuhan minus 10,82 persen dengan laju penurunan impor yang lebih besar yakni minus 21,86 persen,” jelas Arif.

Adapun, belanja pemerintah hingga triwulan ketiga tahun ini sebesar Rp1.840,9 triliun atau 67,2 persen dari total belanja negara. Angka tersebut naik 15,4 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Terkait belanja khusus untuk program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, angggaran yang sudah tersalurkan hinggal 23 September 2020 mencapai Rp268,3 triliun atau 38,6 persen dari total pagu anggaran.

Realisasi ini terus berkembang dan dipercepat sehingga per tanggal 2 November lalu sudah terserap Rp366,86 triliun atau sekitar 52,8 persen dari total pagu Rp695,2 triliun.

“Pada kuartal keempat, sisa anggaran akan terus disalurkan untuk menstimulasi perekonomian. Kita optimis, pemulihan ekonomi akan berada di trek yang tepat dan Indonesia bisa,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper