Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom senior Rizal Ramli kembali melontarkan kritik kepada pemerintah, khususnya kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Dalam cuitan di akun media sosial Twitter, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itu mengkritisi soal pertumbuhan kredit yang tidak mampu mengalami pertumbuhan bahkan sebaliknya justru terkontraksi sampai minus.
Kondisi ini merupakan yang pertama kalinya dalam sekitar 22 tahun terakhir sejak RI mampu melewati momen krisis pada 1998. Dia mengaitkan pelemahan pertumbuhan kredit tersebut dengan strategi pemerintah yang menurutnya terlalu jor-joran menggenjot utang.
"Sejak krisis 1998, baru kali ini kredit tumbuh negatif. Penyaluran kredit korporasi 0,7% YoY Agustus, menjadi tumbuh negatif -0,7% Sept. Inilah akibat SMI (Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati) utang jor-joran (debt overhang), semakin menghancurkan daya beli & ekonomi," tulisnya lewat akun @RamliRizal seperti dikutip Bisnis, Rabu (28/10/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit pada akhir kuartal ketiga tahun ini sebesar -0,4% (yoy), berbalik arah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,6% (yoy).
Berdasarkan laporan uang beredar BI (27/10/2020), penurunan laju penyaluran kredit ini seiring dengan perlambatan kredit baik segmen korporasi maupun perorangan.
"Penyaluran kredit korporasi tercatat negatif 0,7% pada September tahun ini, sedangkan kredit perorangan melambat menjadi 0,7% dari bulan sebelumnya 1%," demikian disampaikan BI dalam Analisis Perkembangan Uang Beredar.
Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan pertumbuhan kredit dipengaruhi kebutuhan modal kerja yang masih negatif 3,1% pada akhir kuartal ketiga tahun ini.
"Industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran masih menjadi sektor penekan pertumbukan KMK."