Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penutupan Toko Ritel Marak Selama Pandemi, Okupansi di Mal Turun

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia menyatakan banyak peritel yang tak melanjutkan sewa gerai, tetapi kosongnya gerai tak diikuti dengan penghuni baru.
Sebelum dunia dilanda pandemi Covid-19, pusat perbelanjaan di Jakarta ramai dikunjungi. Ratusan pengunjung mal mencoba permainan Ice Skeating di Pondok Indah Mal Jakarta, Selasa (25/12/2019). /BISNIS-YAY
Sebelum dunia dilanda pandemi Covid-19, pusat perbelanjaan di Jakarta ramai dikunjungi. Ratusan pengunjung mal mencoba permainan Ice Skeating di Pondok Indah Mal Jakarta, Selasa (25/12/2019). /BISNIS-YAY

Bisnis.com, JAKARTA – Gelombang tutup toko mulai jamak ditemui di industri ritel, terutama sejak pandemi terjadi. Kondisi ini pun berimbas pada tingkat okupansi di pusat perbelanjaan.

Pekan lalu, PT Matahari Department Store Tbk mengumumkan telah menutup 7 gerai format besar sepanjang 2020 karena merugi. Gerai-gerai di bawah naungan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adi Perkasa (MAPI) pun dilaporkan ditutup seiring berakhirnya masa sewa.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengemukakan tingkat hunian di pusat perbelanjaan diperkirakan hanya akan berkisar di 70 persen sampai 80 persen pada tahun ini.

Dia menyebutkan banyak peritel yang tak melanjutkan sewa gerai, tetapi kosongnya gerai tak diikuti dengan penghuni baru.

“Perkiraannya tahun ini ada 20 persen peritel yang tidak bisa bertahan. Kalau okupansi normal biasanya 80 sampai 90 persen,” kata Alphonzus kepada Bisnis, Senin (26/10/2020).

Penyewa atau tenant yang tak melanjutkan sewa sejatinya lumrah ditemui baik dalam situasi normal maupun pandemi. Meski demikian, Alphonzus tak memungkiri jika tahun ini tingkat hunian tidak akan seperti masa sebelumnya.

Tenant datang dan pergi itu sudah normal. Tapi yang tidak normal kalau sekarang penggantinya tidak ada. Penyewa memilih menunda aktivitasnya karena menyewa ini kan seperti investasi,” ujarnya.

Terlepas dari kinerja yang tidak optimal pada 2020, Alphonzus memperkirakan tingkat okupansi bisa kembali pulih ketika pandemi berhasil diatasi. Guna menghadapi peluang tersebut, dia menyebutkan pengelola mal harus bisa berinovasi dan menyajikan fasilitas yang tidak bisa ditemui konsumen ketika berbelanja secara daring.

“Bagaimanapun DNA dari pusat perbelanjaan ini kan penjualan offline, jadi ini perlu diperkuat. Konsumen yang merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi, ini kesempatan yang harus dieksplorasi dan pengalaman ini tidak diberikan dari belanja daring,” kata dia.

Mengutip laporan Global Retail Development Index 2019 yang diterbitkan oleh Kearney, firma konsultan yang berbasis di Amerika Serikat, bisnis ritel Indonesia menempati peringkat ke-5 dengan nilai 58,7 atau naik tiga peringkat dibandingkan dengan 2017. Di antara negara Asia, peringkat Indonesia berada di bawah China, India, dan Malaysia.

Dari sejumlah aspek yang menjadi dasar perhitungan, Indonesia dipandang sebagai pasar yang cukup stabil dengan risiko bisnis dan daya tarik pasar yang menjanjikan. Dengan jumlah penduduk mencapai 265 juta jiwa, penjualan ritel diperkirakan mencapai US$396 miliar.

Ketua Umum DPP Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah tak mengelak bahwa 2019 menjadi momentum tumbuhnya ritel Tanah Air seiring kemunculan gerai-gerai makanan dan minuman dengan orientasi gaya hidup seperti kafe dan restoran. 

Sayangnya, motor pertumbuhan ini jugalah yang mengakibatkan kondisi selama pandemi lesu lantaran aktivitas dan mobilitas yang dibatasi.

“2019 itu tahun shifting mengikuti perilaku konsumen yang sudah mengarah ke gaya hidup, jadi banyak ritel FnB yang muncul. Namun saat pandemi kegiatan berkumpul dibatasi,” kata Budiharjo saat dihubungi.

Dengan model penjualan yang bertumpu pada aktivitas dan mobilitas, Budihardjo mengatakan industri ritel tak bisa menghindari dampak Covid-19. Penutupan sebagian gerai pun dipilih sebagai opsi efisiensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper