Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Berorientasi Ekspor Kurang Bertenaga Selama Pandemi

Pemulihan pada kuartal IV diharapkan dapat menjadi sedikit pemacu pertumbuhan. Namun, tak semua sektor dapat menikmati momentum tersebut.
Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen di Jakarta, Rabu (1/7/2020)./ANTARA FOTO-M. Risyal Hidayat
Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen di Jakarta, Rabu (1/7/2020)./ANTARA FOTO-M. Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah industri berorientasi ekspor terbukti belum mampu menjadi tumpuan kinerja perdagangan sepanjang kuartal I sampai kuartal III/2020. Permintaan global yang masih lemah menjadi penyebab utama.

Pemulihan pada kuartal IV diharapkan dapat menjadi sedikit pemacu pertumbuhan. Namun, tak semua sektor dapat menikmati momentum tersebut.

Secara kumulatif, kinerja ekspor industri pengolahan pada periode Januari—September 2020 mencapai US$94,59 miliar atau naik 0,88 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Pertumbuhan tersebut lebih baik dibandingkan dengan penurunan pada periode Januari—Agustus 2020 yang menyentuh 1,18 persen secara tahunan.

Pemerintah telah menetapkan lima industri pengolahan berorientasi ekspor yang telah dipetakan sejak 2019. Kelima industri tersebut adalah industri makanan, tekstil dan pakaian, bahan kimia, otomotif, dan elektronik.

Meski demikian, sepanjang Januari—September 2020, hanya industri makanan yang tercatat tumbuh. Ekspor pangan olahan tercatat menyentuh US$21,31 miliar sepanjang periode ini atau naik 10,5% dibandingkan dengan Januari—September 2019.

Pertumbuhan justru terlihat pada industri yang sebelumnya tak banyak dilirik. Di industri farmasi, misalnya, ekspor sepanjang Januari—September untuk obat kimia dan obat tradisional naik 10,10 persen dengan nilai US$484,79 juta. Kenaikan juga diperlihatkan pada ekspor alas kaki yang menyentuh US$3,17 miliar atau naik 7,97 persen secara tahunan selama periode Januari—Agustus 2020.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan bahwa tahun ini bukanlah tahun yang baik untuk industri pertekstilan. Secara keseluruhan, ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) selama Januari—Agustus 2020 berada di angka US$7,08 miliar atau turun 19,70 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terdalam terjadi pada ekspor benang yang hanya membukukan nilai US$474,61 juta atau turun 38,20 persen dibandingkan dengan 2019.

“Ekspor garmen cukup baik karena lebih cepat pulih kembali permintaannya, sementara yang lain belum pulih. Pasar melemah dan daya beli belum pulih,” kata Rizal saat dihubungi, Minggu (25/10/2020).

Meski demikian, Rizal tak memungkiri pelaku usaha melihat peluang pemulihan pada kuartal IV, terutama di pasar domestik yang bakal didorong dengan belanja pemerintah. “Namun, untuk ekspor tekstil masih akan lambat pulihnya,” kata dia.

Hal sebaliknya dirasakan oleh industri alas kaki. Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie menyebutkan bahwa ekspor produk alas kaki masih tumbuh positif meski tidak setinggi proyeksi awal tahun. Firman mengatakan bahwa kondisi ini banyak didorong oleh komitmen importir yang tetap melanjutkan pemesanan meski pandemi terjadi.

“Pertumbuhan kami banyak dipacu kinerja pada awal tahun karena melanjutkan order tahun lalu. Meski ada pandemi, buyer tetap berkomitmen,” kata Firman.

Dia tak memungkiri lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara langsung berimbas pada jumlah pemesanan. Meski demikian, dia mengatakan pemulihan mulai terlihat pada Agustus dan September.

“Kami sempat catat pertumbuhan 15 persen pada April, lalu drop Mei, Juni, dan Juli. Jadi, pertumbuhan tahun ini kami perkirakan hanya 5 sampai 10 persen dan itu sudah bagus,” lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper