Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Masih Terimpit, Geliat Ekspor Impor Belum Cukup Dorong Pemulihan Ekonomi

Hal ini menunjukkan permintaan domestik masih akan tetap lemah hingga akhir tahun, sejalan dengan penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga awal Oktober lalu.
Mentan Syahrul Yasin Limpo didampingi Sekdaprov Edwin Silangen dan pejabat lainnya melihat langsung komoditi pertanian yang akan diekspor, Minggu. /Antara-Karel A Polakitan
Mentan Syahrul Yasin Limpo didampingi Sekdaprov Edwin Silangen dan pejabat lainnya melihat langsung komoditi pertanian yang akan diekspor, Minggu. /Antara-Karel A Polakitan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nercara perdagangan pada Septemer 2020 kembali mencetak surplus sebesar US$2,44 miliar, lebih tinggi dari Agustus 2020 sebesar US$2,33 miliar.

BPS mencatat, nilai ekspor pada September 2020 mencapai US$14,01 miliar atau naik sebesar 6,97 secara bulanan (month-to-month/mtm). Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy) ekspor masih turun tipis sebesar 0,51 persen.

Peningkatan ekspor secara bulanan dikontribusi oleh ekspor migas dan nonmigas yang naik masing-masing 17,43 persen dan 6,47 persen.

Di sisi lain, kinerja impor juga tercatat membaik dibandingkan Agustus 2020. Impor tercatat tumbuh 7,71 persen mtm yang mencapai US$11,57 miliar. Sementara secara tahunan, impor masih mengalami pertumbuhan negatif 18,88 persen.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksi kinerja ekspor pada kuartal IV/2020 akan tetap terkontraksi dalam jika dibandingkan dengan kinerja impor.

Hal ini menunjukkan permintaan domestik masih akan tetap lemah hingga akhir tahun, sejalan dengan penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga awal Oktober lalu.

Pelemahan konsumsi pun masih akan berdampak pada terbatasnya aktivitas dunia usaha. Pelaku usaha cenderung memilih menunda sebagian kegiatan investasi dan produksi.

"Permintaan domestik kemungkinan besar masih relatif lemah, sehingga memaksa pelaku usaha untuk tetap menunda sebagian kegiatan investasi dan produksinya," katanya, Kamis (15/10/2020).

Di sisi lain, permintaan negara tujuan ekspor utama Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Harga komoditas global juga menunjukkan tren yang meningkat. Menurut Andry, hal ini dapat mendorong kinerja ekspor ke depannya, meski masih ada kekhawatiran risiko terjadinya gelombang kedua Covid-19.

Kinerja ekspor yang membaik akan menjadi katalis positif bagi neraca pembayaran (balance of payment/BoP). Transaksi berjalan pada kuartal III/2020 diperkirakan akan mencatat surplus 0,7 - 0,8 persen dari PDB, yang merupakan pertama kalinya sejak kuartal III/2011.

Alhasil, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) untuk keseluruhan tahun 2020 diperkirakan akan sebesar -1,49 persen dari PDB.

"Angka perkiraan ini jelas lebih sempit dari CAD 2019 sebesar -2,72 persen dari PDB," kata Andry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper