Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bio Farma : Harga Vaksin Covid-19 Rp200.000-an, Tenaga Medis Jadi Prioritas

PT Bio Farma (Persero) memastikan harga jual vaksin Covid-19 yang akan dikomersialisasikan awal 2021 sekitar Rp200.000 per dosis. Tepatnya, harga tersebut dikenakan pada vaksin hasil kerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd., yakni CoronaVac.
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Vaksin Covid-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Vaksin Covid-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bio Farma (Persero) memastikan harga jual vaksin Covid-19 yang akan dikomersialisasikan awal 2021 sekitar Rp200.000 per dosis. Tepatnya, harga tersebut dikenakan pada vaksin hasil kerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd., yakni CoronaVac.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan pihaknya telah memverifikasi harga vaksin tersebut kepada Sinovac. Adapun, kepastian harga tersebut terlontar terkait pemberitaan mengenai pembelian vaksin yang sama oleh pemerintah Brasil seharta US$1,96 atau Rp28.994 (kurs: Rp14.793) per dosis.

"Sinovac memastikan [pemberitaan tersebut] tidak tepat, sebab biaya pengirimannya saja tiap dosisnya sekitar US$2. Intinya, Bio Farma berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah menghadirkan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (13/10/2020).

Honesti melanjutkan penentuan harga CoronaVac salah satunya dipengaruhi oleh investasi pada studi klinis fase 3. Seperti diketahui, studi klinis fase 3 merupakan studi klinis yang melibatkan ribuan orang untuk menguji efikasi dalam skala besar.

Adapun, studi klinis CoronaVac di Indonesia dilakukan di Bandung, Jawa Barat, yang melibatkan 1.620 relawan. Sementara itu, pemerintah Brasil melakukan studi klinis fase 3 yang melibatkan 9.000 relawan yang tersebar di 11 lokasi, termasuk Brasilia.

Honesti melaporkan sejauh ini studi klinis fase 3 di Kota Paris Van Java berjalan lancar dan belum ada laporan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang serius akibat vaksinasi CoronaVac.

Honesti mengklaim penentuan harga di kisaran Rp200.000 per dosis tidak akan memberatkan pemerintah. Dengan kata lain, vaksinasi utuh CoronaVac akan merogoh kocek sekitar Rp400.000 per orang.

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mendata setidaknya ada 26,4 juta masyarakat miskin di dalam negeri pada akhir kuartal I/2020. Dengan kata lain, pemerintah perlu menyiapkan dana subsidi setidaknya Rp10,5 triliun untuk memvaksinasi seluruh masyarakat miskin di dalam negeri.

Sebelumnya, Honesti menilai perlindungan tenaga kesehatan menjadi prioritas utama melihat perkembangan penyebaran Covid-19 yang terus meningkat selama beberapa bulan terakhir. Jika Indonesia disetujui sebagai negara yang akan mendapatkan vaksin lebih dulu dan studi proses produksi telah mendapatkan persetujuan penggunaan darurat, tenaga kesehatan di dalam negeri akan menjadi prioritas utama.

"Kalau kami lihat rata-rata 4.000 orang baru yang terjangkit Covid-19 tiap harinya, kalau dihitung lurus per hari angka itu bisa mencapai 150.000 orang akhir 2020. Kami simpulkan tenaga kesehatan adalah yang harus dilindungi dengan cepat, dan kalau dilihat petunjuk pelaksanaan WHO adalah memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Senin (5/10/2020).

Basyir meramalkan akan ada 3 juta dosis vaksin Covid-19 yang tersedia di dalam pada November 2020 jika Indonesia menjadi salah satu negara yang didahulukan. Dengan kata lain, akan ada sekitar 1,5 juta tenaga kesehatan yang akan menerima vaksinasi Covid-19 jika jumlah vaksinasi yang dibutuhkan sebanyak 2 dosis per orang.

Adapun, vaksinasi tersebut dengan catatan BPOM rampung melakukan pertukaran informasi dengan BPOM negara asal vaksin, dalam hal ini National Medical Product Administration (NMPA). Seperti diketahui, Sinovac Biotech Ltd. merupakan pabrikan farmasi asal China.

Berdasarkan catatan Bio Farma, BPOM akan melakukan audit proses produksi Sinovac di Beijing pada bulan ini. Sementara itu, Sinovac telah memeriksa kompatibilitas proses produksi dan sistem pengontrolan kualitas di pabrik Bio Farma.

Di samping itu, pihaknya telah menerima arahan Wakil Presiden untuk membentuk tim gabungan terkait penerbitan sertifikasi halal. Adapun, lembaga yang ada dalam arahan tersebut adalah Bio Farma, Kementerian BUMN, BPOM, Komite Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI, Badan Pelaksana Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan BUMN surveyor seperti PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) dan PT SUrveyor Indonesia.

Adapun, pada November-Desember 2020 dijadwalkan akan ada 15 juta dosisi vaksin Covid-19 besutan Sinovac, CoronaVac, di dalam negeri. Setelah itu, 35 juta dosis CoronaVac akan tiba di dalam negeri pada Januari-Februari 2021 dan sekitar 210 juta dosis akan tiba pada April-Desember 2021.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper