Bisnis.com, JAKARTA – Sektor properti perkantoran di DKI Jakarta diperkirakan pulih pada 2022, kata Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto.
Dia menjelaskan bahwa pada awalnya sepanjang tahun ini diperkirakan ada tambahan 250.000 m2 untuk kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) dan non-CBD seluas 175.000 m2.
"Kebanyakan akan selesai Desember, sekarang [karena dampak pandemi Covid-19] bisa jadi mundur di tahun berikutnya," ujarnya pada Rabu (7/10/2020).
Berdasarkan data Colliers International Indonesia, proyeksi pasok kumulatif di Jakarta saat ini tercatat 10,3 juta m2, dengan 6,9 juta m2 atau sekitar 66 persennya terletak di CBD.
Selain itu, jumlah ruang kantor di Jakarta yang belum terserap tercatat 1,9 juta m2, dengan 68 persennya dipasok di CBD. Pada kuartal III/2020 tidak ada pasokan baru baik di CBD maupun di luar CBD. "Pasok kumulatif di Jakarta tercatat 10,3 juta m2 dengan sekitar 66 persen di CBD," kata Ferry.
Baca Juga
Dia menuturkan saat ini kegiatan konstruksi melambat termasuk fitting out. Selain itu, penjadwalan ulang beroperasinya gedung perkantoran sangat mungkin terjadi.
Untuk sepanjang tahun ini, para pengembang kemungkinan besar akan menunda untuk memulai kontruksi proyek gedung perkantoran yang masih dalam tahap perencanaan. "Gedung kantor yang sedang konstruksi kemungkinan ada penundaan jadwal operasinya.”
Menurutnya, para pengembang saat ini memulai kondisi awal dengan sebelum membangun, berupaya memperoleh kontrak persewaan terlebih dahulu.
"Mulai konstruksi mereka mendapatkan calon tenant, yang mereka cari tenant yang habis masa sewanya. Ini supaya ada satu level komitmen yang tinggi agar aman. Pengembang mencoba untuk bermain aman," paparnya.
Ferry memperkirakan tambahan pasokan perkantoran di Jakarta mencapai 1,22 juta m2 selama 2020 hingga 2024 dengan sekitar 800.000 m2 di antaranya dipasok di CBD.
Dia menilai masih perlu waktu untuk bisnis perkantoran untuk bisa kembali normal lagi. Proyeksi tingkat permintaan ruang perkantoran lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi yang sebelumnya, akibat pandemi yang membuat lambat pertumbuhan ekonomi.
Terkait dengan kondisi pandemi Covid-19, Ferry berpendapat bahwa dengan adanya vaksin mak, akan membantu pemulihan ekonomi yang akan diiringi dengan kondisi booming properti pada tahun selanjutnya.
"Pertengahan 2021 kemungkinan menjadi pertanda apakah properti itu bergerak membaik atau tidak dan hasilnya baru bisa dilihat pada 2022," tuturnya.