Bisnis.com, TOKYO — Dua perusahaan Jepang akan melaksanakan proyek percontohan untuk menyimpan karbon dioksida jauh di dalam tanah mulai tahun depan di Indonesia sebagai bagian dari upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
Electric Power Development Co. (J-Power) dan perusahaan konsultan Japan NUS Co. akan memulai rencana 4 tahun di lapangan gas Gundih di Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan PT Pertamina.
Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri pada Mei memilih proposal bisnis oleh kedua perusahaan sebagai proyek penelitian infrastruktur yang bertujuan untuk tunduk pada apa yang disebut sebagai Mekanisme Pemberian Kredit Bersama (Joint Crediting Mechanism), yang berkaitan dengan kontribusi Jepang terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca di negara asing, sebagai pengurangan emisinya sendiri.
Menurut kedua perusahaan, hal ini akan menjadi proyek percontohan pertama yang diasumsikan tunduk pada program perdagangan emisi karbon dioksida pemerintah.
Pipa gas sepanjang 4 kilometer akan dipasang di antara ladang gas dan lokasi penyimpanan karbon dioksida dan operator proyek akan menggali lubang sedalam sekitar 3,6 kilometer untuk mencapai akuifer (lapisan kulit bumi berpori yang dapat menahan air dan terletak di antara dua lapisan yang kedap air) bawah tanah.
Total biaya diperkirakan mencapai beberapa miliar yen.
Baca Juga
Menurut J-Power, sekitar 300.000 ton karbon dioksida dihasilkan dalam proses pemurnian gas di ladang Gundih dan menyebar ke udara setiap tahun.
"Karena rasio kandungannya yang sangat rendah di udara, cukup sulit untuk mengumpulkan karbon dioksida secara efektif dari udara, tetapi kondisi untuk mengumpulkan karbon dioksida secara efisien sudah diatur di sana di Gundih," kata seorang pejabat hubungan masyarakat J-Power seperti dikutip dari kantor berita Kyodo, Senin (21/9/2020).
"Jadi, dapat kami kami katakan bahwa lokasi tersebut cocok untuk proyek CCS [carbon capture and storage]," kata pejabat tersebut.
Seorang pejabat Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang menjelaskan bahwa Jepang akan terus mendukung upaya pengurangan emisi serupa di negara-negara Asia lainnya, yang ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil relatif tinggi.
Proyek itu akan memberi kesempatan bagi perusahaan Jepang untuk mempromosikan teknologi tingkat tinggi mereka dalam mengurangi emisi karbon dioksida.