Bisnis.com, JAKARTA – Hasil survei Indonesia Property Watch menunjukkan minat masyarakat untuk membeli properti saat ini tetap besar, dengan 68,09 persen responden memperlihatkan hal itu, meski pandemi Covid-19 masih berlangsung.
CEO IPW Ali Tranghanda mengemukakan dilihat dari preferensi konsumen dalam memilih properti, 28,46 persen responden menyatakan lebih melihat dari berapa harga unit yang ditawarkan, selanjutnya brand pengembang menjadi pertimbangan sebesar 16,21 persen, diikuti kedekatan dengan fasilitas umum 15,42 persen.
“Faktor luas tanah dan luas bangunan ternyata tidak terlalu memengaruhi pengambilan keputusan konsumen, selama harga unit yang ditawarkan sesuai,” ujarnya pada Kamis (17/9/2020).
Rentang harga yang diminati sebagian besar masih di segmen menengah berkisar Rp500 juta sampai Rp1 miliaran sebesar 29,79 persen, diikuti Rp300 juta–Rp500 juta sebesar 28,72 persen, Rp1 miliar–Rp3 miliar 23,40 persen, dan di bawah Rp300 juta sebesar 10,64 persen.
Sementara itu, di segmen menengah atas dengan harga di atas Rp3 miliar masih menyimpan potensi permintaan sebesar 7,45 persen.
Meski demikian, keputusan untuk membeli properti terbilang relatif masih penuh ketidakpastian.
Baca Juga
Responden yang akan merealisasikan pembelian properti dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan sebesar 11,7 persen, 6 bulan sampai 1 tahun sebesar 10,64 persen, dan selebihnya memilih untuk membeli properti lebih dari 1 tahun, bahkan belum ada rencana kapan akan memutuskan untuk membeli properti.
Ali melanjutkan pengambilan keputusan membeli saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor harga yang dipercaya lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Sebesar 34,45 persen responden memilih faktor harga yang lebih murah sebagai pertimbangan utama dalam membeli properti. Selain itu, cara pembayaran yang fleksibel dan promo menarik dari pengembang menjadi faktor penting berikutnya.
Motif pembelian properti saat ini pun beragam, sebagian besar responden atau mencakup 42,55 persen melihat saat ini saat yang tetap untuk membeli properti untuk disimpan dalam jangka panjang (investor jangka panjang).
Sedangkan sebesar 22,34 persen membeli properti untuk segera dihuni (end-user). Hal menarik juga ternyata banyak juga pembeli yang membeli properti untuk segera dijual lagi jika harga naik nantinya (investor jangka pendek/spekulator), sebesar 18,09 persen.
Selain itu, kata Ali, motif membeli atau memiliki properti sebagai tabungan untuk anak-anak mewakili sebesar 10,64 persen. Selebihnya membeli properti untuk koleksi, ikut-ikutan, dan lainnya.
Hasil tersebut sekaligus menggambarkan selain properti masih menjadi primadona untuk investasi jangka panjang, ternyata pembeli end-user pun masih cukup besar.
“Beberapa faktor itu harus menjadi perhatian para pengembang agar dapat memengaruhi pengambilan keputusan pembelian konsumen saat ini,” ujarnya.