Bisnis.com, JAKARTA - Saat mayoritas subsektor dalam industri logam mengalami penurunan utilisasi karena rendahnya permintaan, kondisi industri kuningan tetap sehat.
Gabungan Industri Peleburan Kuningan Indonesia (Gipelki) mendata arus kas mayoritas pabrikan sejauh ini tidak terlalu banyak terpengaruh. Pasalnya, secara konsolidasi penurunan permintaan pada industri kuningan hanya 30 persen.
"Karena [hasil produksi] industri kuningan dipakai di banyak segmen pasar seperti industri peralatan rumah tangga hingga komponen mesin, jadi penurunan [permintaan] tidak terlalu banyak," ujar Ketua Umum Gipelki Eric Wijaya kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020).
Eric berujar permintaan pada industri kuningan selama semester I/2020 tertolong oleh terjaganya permintaan kuningan untuk katup tabung liquid petroleum gas (LPG) milik PT Pertamina (Persero). Alhasil, pabrikan dapat mempertahankan permintaan sekitar 70 persen dari kondisi normal.
Adapun, penurunan permintaan paling besar terjadi pada aksesoris tekstil dan produk tekstil (TPT) atau mencapai 50 persen. Seperti diketahui, penurunan permintaan pada industri TPT membuat utilitas rata-rata industri TPT jatuh hingga ke bawah 20 persen.
Selain diversifikasi pasar, Eric menyatakan arus bahan baku dan distribusi produk juga lebih lancar pada tahun ini karena stimulus dari pemerintah. Eric memberikan contoh seperti pembebasan pajak impor skrap kuningan seberat 2,5 persen dan percepatan restitusi pajak pertambahan nilai (PPn).
Walakin, Eric menyatakan utilisasi industri kuningan tetap terpukul dengan adanya penurunan permintaan ke level 60 persen. Sementara itu, utilisasi IKM kuningan jauh lebih rendah.
"Kami tidak ada data untuk pengrajin [IKM kuningan]," katanya.
Pada semester II/2020, Eric meramalkan akan ada perbaikan permintaan menjadi 85 persen dari kondisi normal. Dengan kata lain, utilisasi industri kuningan akan naik menjadi sekitar 70 persen.