Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru terkait neraca perdagangan pada Agustus. Nilai ekspor mencapai US$13,07 miliar atau turun 4,62 persen dari bulan lalu. Sementara dibandingkan dengan Agustus 2019 turun 8,36 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa nonmigas menyumbang hampir seluruh ekspor pada Agustus. Angkanya mencapai 95,32 persen.
“Yang terdiri atas industri 8,10 persen, tambang 10,61 persen, pertanian 2,61 persen. Sementara migas 4,68 persen,” katanya melalui konferensi virtual, Selasa (15/9/2020).
Suhariyanto menjelaskan bahwa ekspor nonmigas pada Agustus masih didominasi oleh China, Amerika Serikat, dan Jepang yang masing-masing mencapai US$2.464,8 juta, US$1.621,2 juta, dan US$981,9 juta. Ketiganya berkontribusi 40,68 persen.
Sementara itu, terjadi penurunan ekspor dibandingkan dengan Juli ke sebagian besar negara tujuan utama. Ekspor ke Malaysia mengalami kontraksi US$75,2 juta (-13,40 persen), Jepang turun US$71,4 juta (-6,77 persen), dan China turun US$61,7 juta (-2,44 persen).
Di sisi lain, negara yang mengalami peningkatan adalah Taiwan US$28,0 juta (9,64 persen), Italia US$17,7 juta (14,85 persen), Thailand US$17,4 juta (5,58 persen), dan Amerika Serikat US$12,9 juta (0,81 persen).
Apabila ditotal secara keseluruhan, ekspor ke tiga belas negara tujuan utama turun 3,41 persen.
“Pada periode Januari–Agustus 2020, China tetap merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$17.811,6 juta (18,19 persen). Diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$11.821,7 juta (12,08 persen), dan Jepang dengan nilai US$8.321,0 juta (8,50 persen),” jelas Suhariyanto