Bisnis.com, JAKARTA -- Kehadiran toko fisik atau offline diyakini masih memiliki prospek baik, meski pelaku usaha ritel mulai fokus mengembangkan penjualan melalui toko online.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga mengemukakan hal prospek positif ini didorong oleh kebiasaan belanja masyarakat Indonesia yang lebih banyak berbelanja secara langsung.
“Masyarakat Indonesia sudah berpuluh-puluh tahun terbiasa berbelanja secara offline. Ini menjadi salah satu faktor mengapa toko fisik masih memiliki prospek positif,” kata Bima saat dihubungi, Senin (14/9/2020).
Dia pun mengemukakan kenaikan penjualan secara daring memang tak lepas dari adanya pandemi. Meski demikian, peningkatan disebutnya terus akan terjadi seiring dengan perkembangan teknologi.
Besarnya jumlah penduduk Indonesia pun disebut Bima menjadi peluang bagi penjualan di toko fisik maupun di platform daring pada masa mendatang. Tetapi pada situasi pandemi, dia mencatat pemanfaatan kanal daring akan lebih menjanjikan dan memiliki ketahanan.
“Jumlah penduduk Indonesia yang besar tentu membuka peluang bagi semua usaha, baik offline maupun online. Tapi selama pandemi bisnis online memang bisa lebih bertahan dan menjanjikan,” kata Bima.
Baca Juga
Analisis Bain & Company tentang bisnis ritel yang rilis pada Agustus menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengakselerasi tranformasi digital di kawasan Asia Pasifik. Dengan kontribusi 75 persen pada total pertumbuhan ritel global dan cepatnya penetrasi internet, penjualan lewat toko online tercatat tumbuh signifikan.
Menghadapi tren ini, perusahaan konsultan ini menyarankan agar peritel berkolaborasi dengan super apps yang memiliki layanan pembayaran atau yang telah memiliki ekosistem ritel yang mumpuni.
Selain itu, survei oleh perusahaan konsultan itu juga menunjukkan bahwa masyarakat cenderung memanfaatkan fitur social commerce karena banyak menghabiskan waktu di internet selama pandemi, seperti mengecek ulasan produk melalui video di media sosial.
Di samping itu, peritel juga disarankan untuk memperkuat penjualan ke model daring mengingat format toko fisik kini kian ditinggalkan. Hal ini tecermin dari fenomena di sejumlah negara Asia di mana penjualan di toko fisik per meter2 mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir.
Di Korea Selatan, penjualan per meter2 turun 6 persen selama 2014-2019, sementara di China turun sampai 14 persen.
Meski demikian, Indonesia bersama dengan India dan Vietnam diperkirakan tak akan mengalami hal serupa. Analisis Bain & Company pada saat yang sama menunjukkan bahwa inklusivitas digital di negara-negara tersebut masuk kategori rendah sehingga disrupsi tidaklah terlalu besar.