Bisnis.com, JAKARTA – Warga negara Indonesia masih termasuk di antara orang asing yang berperan penting menggerakkan pasar residensial di Singapura sepanjang tahun ini meski di negaranya sendiri pasar properti terpuruk akibat pandemi corona.
Leonard Tay, Kepala Penelitian di Knight Frank Singapura, perusahan konsultan properti, mengemukakan bahwa di tengah kondisi pandemi Covid-19 ternyata pasar properti Singapura khususnya residensial tetap tangguh.
Dia menjelaskan bahwa untuk tahun lalu, proporsi pembeli rumah asing mencapai 19,9 persen dari semua penjualan rumah sepanjang 2019, sedangkan untuk kuartal kedua tahun ini, proporsi pembeli rumah asing mencapai 18,3 persen.
“Persentase kuartal kedua 2020 itu jelas tidak terlalu jauh dibandingkan dengan sepan jang tahun lalu di mana kondisi pasar normal,” ujarnya sebagaimana dilansir laman PropertyGuru Singapore pada Rabu (2/9/2020).
Selanjutnya Leonard Tay mengutip data Pemerintah Singapura (Urban Redevelopment Authority/URA) yang menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga pertengahan Agustus 2020, warga negara asing di Singapura—di luar China, Malaysia, India, Indonesia, dan Amerika Serikat—mencakup 6,4 persen dari semua transaksi perumahan nonpemerintah.
Porsi WNA berikutnya adalah pembeli dari China 4,5 persen, Malaysia 2,1 persen, India 1,8 persen, Indonesia 0,9 persen, dan Amerika Serikat 0,7 persen dari semua transaksi perumahan nonpemerintah.
Baca Juga
Menurut Leonard Tay, dalam keadaan bisnis properti tertekan aklibat pandemi, pasar properti nonpemerintah Singapura secara mengejutkan tetap tangguh.
Dia memerinci terdapat 3.862 penjualan di pasar primer dan 3.071 penjualan sekunder selama 6 bulan pertama 2020, dengan harga properti hanya turun 0,7 persen sepanjang semester pertama tahun ini.
“Kekuatan pasar juga terbukti dengan kenaikan Indeks Harga Perumahan Swasta URA sebesar 0,3 persen pada kuartal kedua 2020,” ujarnya.