Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan empat data ekonomi penting hari ini, Selasa (1/9/2020), pada pukul 11.00 WIB.
Keempat data tersebut adalah perkembangan Indeks Harga Konsumen/inflasi Agustus 2020, perkembangan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Agustus 2020, perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Agustus 2020, dan perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional Juli 2020.
Angka-angka tersebut akan dirilis langsung oleh Kepala BPS, Suhariyanto secara Live Streaming yang dapat disaksikan di youtube BPS (BPS Statistics).
Adapun, IHK Agustus 2020 diprediksi masih mencatatkan deflasi akibat daya beli masyarakat yang gontai serta hadirnya musim panen yang menekan harga jual barang, terutama komoditas pangan.
Pandemi Covid-19 telah menekan daya beli masyarakat dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini menyebabkan tertekannya harga sejumlah barang di pasar, terutama bahan pangan.
Hal itu pun tecermin dalam survei pemantauan harga pada pekan keempat Agustus 2020 yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Survei itu menunjukkan bahwa perkembangan harga pada Agustus 2020 diperkirakan deflasi sebesar 0,04 persen (month to month/mtm).
Baca Juga
"Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Agustus 2020 secara tahun kalender sebesar 0,94 persen (year to date/ytd), dan secara tahunan sebesar 1,34 persen (year on year/yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko, akhir pekan lalu.
Adapun penyumbang utama deflasi pada periode tersebut di antaranya berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar -0,15 persen (mtm), bawang merah -0,08 persen (mtm), jeruk, tomat, dan telur ayam ras masing-masing sebesar -0,02 persen (mtm).
Adapun komoditas penyumbang inflasi adalah emas perhiasan sebesar 0,11 persen (mtm), minyak goreng sebesar 0,02 persen (mtm), dan cabai merah sebesar 0,01 persen (mtm).
Proyeksi serupa juga disampaikan oleh Kepala Ekonom Maybank Indonesia Juniman. Dia memprediksi inflasi pada Agustus masih rendah, yakni 0,03 persen (mtm), inflasi tahunan 1,4 persen (yoy), dan inflasi inti 2 persen (yoy) dan 0,29 persen (mtm).
Lemahnya inflasi disebabkan oleh daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dari pandemi virus Corona. Alhasil, permintaan barang mengalami perlambatan dan harga-harga sulit naik.
Akibatnya, mayoritas bahan makanan yang menjadi indikator diprediksi mengalami deflasi. Hal tersebut juga disebabkan oleh kenaikan pasokan bahan makanan seperti cabai, bawang merah, dan beras yang tengah memasuki masa panen.
“Kenaikan hanya terlihat pada buah-buahan yang naik 0,01 persen. Sementara itu, bawang merah cenderung stagnan dan beras tetap stabil di kisaran 0,01 persen,” kata Juniman.