Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Ashari menilai potensi peningkatan jumlah wisatawan karena program diskon startup online travel agency (OTA) tidak diimbangi dengan kesiapan destinasi wisata dalam menjalankan protokol yang berdampak positif secara berkepanjangan.
Menurutnya, daerah destinasi wisata belum dilengkapi dengan penyesuaian-penyesuaian terkait dengan perubahan kondisi akibat pandemi Covid-19. Padahal, dia menyatakan paradigma industri wisata sudah bergeser dari mass tourism menjadi costumize tourism.
"Seperti misalnya kendaraan. Ini harus disesuaikan karena wisatawan tidak mau lagi menggunakan kendaraan yang besar. Tapi yang berukuran kecil untuk pemakaian yang lebih privat," ujar Azril kepada Bisnis, Senin (31/8/2020).
Selain itu, pelaksanaan protokol di maskapai penerbangan masih belum baik. Azril mengatakan posisi duduk penumpang pesawat masih bersebelahan secara langsung sehingga berisiko cukup besar bagi penularan Covid-19.
Dengan demikian, sambungnya, upaya platform OTA dengan program diskonnya terhadap pemulihan pariwisata sangat berat.
"Jadi, pemerintah harus mengevaluasi pelaksanaan protokol baik di maskapai maupun destinasi. Bukan hanya mengejar kuantitas wisatawan," tegasnya.
Pelaksanaan protokol yang buruk tersebut, lanjut Azril, bakal memengaruhi minat wisatawan dan bahkan berpotensi menjadi kontraproduktif dengan upaya yang dilakukan pemerintah dalam pemulihan sekotor pariwisata di Tanah Air.
Lebih buruknya, di dalam kondisi seperti saat ini potensi kenaikan angka wisatawan diperkirakan bakal berbanding lurus dengan angka kasus positif Covid-19.
Sebagai informasi, pekan lalu dua platform OTA terbesar Tanah Air, yakni Traveloka dan Tiket.com, menjalankan program potongan harga untuk semua rute penerbangan domestik.
Adapun, kedua platform memberikan diskon dengan kisaran Rp150.000 - Rp250.000 untuk setiap penjualan tiket dengan nilai transaksi minimum Rp1 juta hingga Rp2,5 juta.