Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi 2015-2019 Meleset, Sri Mulyani: Kita Harus Bersyukur

Menkeu Sri Mulyani mengatakan perlambatan tersebut terjadi karena banyaknya ketidakpastian akibat ketidakpastian ekonomi-politik Amerika Serikat vs China, keputusan Bank Sentral (The Federal Reserve), dan dinamika geopolitik di berbagai belahan dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat tiba di depan Ruang Rapat Paripurna I untuk menghadiri Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2020-2021 di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat tiba di depan Ruang Rapat Paripurna I untuk menghadiri Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2020-2021 di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan alasan melesetnya target pertumbuhan ekonomi pada rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) 2015-2019.

Hal itu menanggapi pandangan dan pernyataan fraksi-fraksi lantaran asumsi makro ekonomi tidak sesuai dengan realisasi APBN 2019. Menurutnya, asumsi makro Indonesia pada 2019 sudah pasti mengikuti perekonomian dunia.

"Perang dagang terekskalasi pada 2019 berdampak pada produk domestik bruto dan Indonesia. Ini mengakibatkan perlemahan di jalur perdagangan internasional dan investasi. Ekspor RI tumbuh negatif pada 2019," katanya saat rapat paripurna di DPR RI, Selasa (25/8/2020).

Dia menuturkan perekonomian global mengalami tekanan yang sangat berat. Pertumbuhan ekonomi global tahun lalu hanya tumbuh 2,9 persen.

Menurutnya, capaian tersebut paling rendah sejak krisis global pada periode 2008-2009. Dia mengatakan perlambatan tersebut terjadi karena banyaknya ketidakpastian akibat ketidakpastian ekonomi-politik Amerika Serikat vs China, keputusan Bank Sentral (The Federal Reserve), dan dinamika geopolitik di berbagai belahan dunia.

Meski demikian, Sri Mulyani mengungkapkan Indonesia patut bersyukur karena masih tumbuh di atas 5 persen, dimana pertumbuhan ekonomi RI pada 2019 (full year/FY) 5,02 persen.

"Kita harus bersyukur karena pertumbuhan ekonomi lebih baik dibandingkan rata-rata ASEAN 4,8 persen. Konsumsi masyarakat juga tumbuh di atas 5 persen," jelasnya.

Mengacu pada Buku I RPJMN 2015-2019, pemerintah mematik pertumbuhan ekonomi meningkat tajam sejak 2016, menjadi 7,1 persen pada 2017, dan terus meningkat pada 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 7,5 persen dan 8,0 persen.

Dengan tingkat pertumbuhan ini, pendapatan perkapita naik dari Rp47,8 Juta (US$3.918,3) pada 2015 hingga mencapai Rp72,2 Juta (US$6.018,1) pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper