Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angkutan Berbasis Rel Bisa Bikin Hemat Rp100 Triliun, Kok Bisa?

Menko Marves Luhut menilai pengembangan angkutan massal berbasis rel bisa menghemat biaya transportasi Indonesia hingga Rp100 triliun.
Rangkaian gerbong kereta MRT terpakir di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rangkaian gerbong kereta MRT terpakir di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengejar penghematan Rp40 triliun dari biaya operasi kendaraan bermotor dan Rp60 triliun dari waktu perjalanan dengan mengembangkan transportasi massal berbasis rel di wilayah Jabodetabek.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pihaknya tengah mengembangkan transportasi massal perkeretaapian selain dari yang sudah ada.

Sejumlah proyek tersebut yakni LRT Jabodebek, MRT Selatan ke Utara Jakarta, MRT Timur ke Barat Jakarta, LRT Jakarta, serta pengembangan kereta rel listrik (KRL) dengan menjadikan Stasiun Manggarai sebagai stasiun transit utama.

"Kami juga membangun pengembangan transportasi massal kereta api. Indonesia bisa menghemat Rp40 triliun dari biaya operasi kendaraan bermotor, dan Rp60 triliun dari kerugian waktu perjalanan. Nilai itu setara 4 persen dari PDB regional Jabodetabek," terangnya, Rabu (19/8/2020).

Di sisi lain, penggunaan angkutan massal juga secara signifikan dapat mengurangi kemacetan di wilayah Jabodetabek yang pada saat normal sebelum pandemi Covid-19, pergerakan orang dapat mencapai 88 juta pergerakan dari total warganya yang hanya 30 juta jiwa.

Mengutip data PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI), Luhut menyebut penumpang KRL pada 2019 mencapai 336 juta penumpang selama satu tahun. Penumpang tersebut pengguna dari Jakarta menuju wilayah satelit dan dari wilayah satelit seperti Bodetabek ke wilayah Jakarta.

"Selain itu, pemerintah juga sedang mengembangkan kendaraan berbasis baterai, yang diharapkan bisa mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan juga mengurangi dampak buruk ke lingkungan karena fossil fuel," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper