Bisnis.com, JAKARTA - Bakrie Autoparts, Agen Pemegang Merek (APM) bus listrik BYD di Indonesia, meminta sejumlah bantuan dari pemerintah agar produksi bus listrik semakin murah karena pascapandemi tren pembelian kendaraan listrik akan semakin tinggi.
Direktur Utama Bakrie Autoparts Dino Ryandi mengungkapkan setidaknya ada empat hal utama yang perlu segera diwujudkan pemerintah agar geliat kendaraan listrik terutama bus dapat segera meningkat.
"Kami masih menunggu semua peraturan turunan yang berkaitan dengan kendaraan listrik dari seluruh kementerian dan berharap segera dirilis setelah Perpres No. 55/2019 tentang percepatan kendaraan listrik ditandatangani," katanya, Rabu (12/8/2020).
Selain itu, dia meminta PLN segera merealisasi pemberian tarif Rp707 per kWh untuk kendaraan listrik. Ini sangat dinantikan mengingkat biaya yang harus dikeluarkan untuk kendaraan listrik saat ini masih Rp1.540 per kWh.
Dia menuturkan di lapangan juga sudah melakukan pengecekan bagi stasiun pengisian tenaga listrik. Saat ini terdapat biaya instalasi listrik Rp631 per VA untuk menambah daya.
"Dalam sekali charging akan butuh 10.000 KW listrik, itu sekali mengisi baterai bisa Rp6,3 miliar, keuangan operator bisa besar juga. Kalau bisa disubsidi atau dihilangkan saja," ungkapnya.
Baca Juga
Terakhir dia meminta berat kotor kendaraan bus yang di Indonesia sebesar 16 ton agar ditingkatkan standarnya menjadi 18 ton. Pasalnya, berat sasis dan baterai kendaraan listrik saja sudah 8 ton, belum lagi dengan berat badan bus ditambah penumpang, besaran 16 ton tidak dapat terpenuhi.
"Di Indonesia berat kotor bus 16 ton, di luar negeri itu 18 ton, rata-rata bus listrik sasis dan baterai 8 ton, bawa 60 penumpang, tambah 3,6 ton, bodi di bawah 4 ton, sangat sulit," tegasnya.