Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resesi! Menko Airlangga Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 Minus 0,49 Persen

Berdasarkan pemaparan dalam acara Rakornas Apindo 2020, dia memproyeksikan  Indonesia akan mengalami resesi ekonomi pada kuartal III/2020 dengan pertumbuhan yang tercatat negatif 1,00 persen secara year-on-year (yoy). 
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan sanksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali delapan sektor yang memang diizinkan./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan sanksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali delapan sektor yang memang diizinkan./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi atau mencatat pertumbuhan negatif 0,49 persen sepanjang 2020.

Berdasarkan pemaparan dalam acara Rakornas Apindo 2020, dia memproyeksikan  Indonesia akan mengalami resesi ekonomi pada kuartal III/2020 dengan pertumbuhan yang tercatat negatif 1,00 persen secara year-on-year (yoy). 

Adapun, perekonomian akan bangkit ke level positif pada kuartal IV/2020, yaitu 1,38 persen. Jika proyeksi tersebut terjadi, maka Indonesia akan mencatatkan kontraksi -0,49 persen hingga akhir 2020.

Sebaliknya, pemulihan ekonomi akan mulai terjadi pada kuartal keempat tahun ini, di mana pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut diperkirakan akan turmbuh 1,38 persen yoy.

Menurutnya, ancaman resesi tersebut tidak hanya dihadapi oleh Indonesia, melainkan sebagian besar negara di dunia. Sebagaimana diketahui, ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 tercatat -5,32 persen yoy. Airlangga mengatakan Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang mengalami pertumbuhan positif.

"Kita perlu untuk memompa lagi pertumbuhan di kuartal III karena kuartal tiga adalah penentuan [pemulihan ekonomi]," katanya saat membuka kata sambutan pada acara Rakornas Apindo yang digelar secara virtual, Rabu (12/8/2020).

Dia menuturkan sebagian besar negara di dunia menghadapi ancaman resesi. Dampak Covid-19 terhadap ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan negara lain. 

Mengacu pada data Kemenko Bidang Perekonomian, hampir semua negara mulai dari berkembang hingga maju bakal menghadapi resesi sepanjang 2020 (full year).  Perancis diprediksi mengalami kontraksi ekonomi paling, yaitu -10 persen. Negara lain yang mengekor resesi Perancis, antara lain Argentina -9,65 persen, Inggris -9,53 persen, Meksiko -9,27 persen, Peru -8,52 persen, Afrika Selatan -7,78 persen, dan Uni Eropa - 7,94 persen, Singapura -5,63 persen, Amerika serikat -5,18 persen, dan Malaysia -3,24 persen. 

Ketua Umum Partai Golkar tersebut mengungkapkan realisasi belanja pemerintah, termasuk untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) telah mencapai Rp1.000 triliun hingga semester I/2020.

Pada semester II/2020, lanjutnya, pemerintah akan melakukan percepatan belanja dengan anggaran yang ditetapkan sebesar Rp1.700 triliun. Percepatan belanja bahkan sudah diinstruksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. 

"Targetnya, realisasi belanja pada kuartal III Rp700 triliun dan Rp1.000 triliun di kuartal IV," jelasnya.

Beberapa indikator sudah mulai menunjukkan adanya perbaikan atau geliat ekonomi setelah relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), misalnya angka PMI manufaktur yang meningkat menjadi 46,9 pada Juli 2020, peningkatan sektor otomotif dan ritel, peningkatan penjualan semen, hingga indeks keyakinan konsumen (IKK) yang naik menjadi 83,8 pada Juni 2020.

Menurut Airlangga, kondisi yang masih menjadi tantangan pemerintah dan pelaku usaha saat ini, yaitu sisi permintaan (demand). Pasalnya, masyarakat kelas menengah ke atas cenderung menabung di simpanan deposito daripada berbelanja.

Oleh karena itu, pemerintah akan mendorong dan mencari cara akan memberikan stimulan agar masyarakat mulai kembali berbelanja.

"Salah satu masalahnya pada demand side. Mereka yang punya deposito di atas Rp200 juta sebagian meningkatkan deposito, tetapi tidak membelanjakan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper