Bisnis.com, JAKARTA - PT Unilever Indonesia Tbk. menyatakan siap menjadi salah satu pabrikan lokomotif pendorong pertumbuhan kuartal III/2020. Perseroan menilai salah satu strategi yang akan dilakukan adalah mengakomodir perubahan tren konsumen selama pandemi.
Direktur Governance and Corporate Affairs Governance and Corporate Affairs Sancoyo Antarikso mengatakan pihaknya optimistis dapat memenuhi kebutuhan konsumen melalui inovasi yang telah pihaknya luncurkan. Adapun, salah satu inovasi yang dikeluarkan adalah mengakomodasi perubahan konsumen menjadi memasak makanan di rumah.
"Saya sepakat bahwa sektor makanan minuman ini dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional kita, baik dalam waktu dekat ini maupun jangka menengah dan jangka panjang," katanya kepada Bisnis, Selasa (11/8/2020).
Sancoyo menyatakan pemerintah saat ini harus mengakomodasi iklim usaha makanan dan minuman yang baik agar pertumbuhan ekonomi nasional tidak kembali ke zona merah pada kuartal III/2020. Selain itu, ketersediaan bahan baku, hingga kelancaran distribusi harus dijaga dengan baik.
Sementara itu, Sancoyo menilai mempertahankan dan meningkatkan sisi permintaan masih akan menjadi tantangan dalam waktu dekat. Oleh karena itu, lanjutnya, pabrikan harus mampu menyediakan rangkaian produk yang selalu relevan bagi konsumen.
"Selama masyarakat ada, kebutuhan [produk makanan dan minuman] akan selalu ada. Untuk itu, industri makanan dan minuman merupakan salah satu andalan dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," ucapnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) i Adhi S. Lukman meramalkan industri mamin dan PDB nasional dapat tumbuh positif pada kuartal III/2020. Dengan kata lain, roda perekonomian nasional terhindar dari ancaman resesi.
"Support dari pemerintah harus benar-benar segera diimplementasikan. Keputusan sudah ada. Saya pikir [penerbitan stimulus] sudah imbang antara supply dan demand. Ini bisa berhasil tidak terjadi resesi [kalau cepat diimplementasikan]," ucapnya.
Gapmmi mendata nilai ekspor mamin pada akhir semester I/2020 tumbuh tipis di bawah 1 persen menjadi sekitar US$2,9 miliar. Oleh karena itu, Adhi optimistis industri mamin berpotensi tidak tumbuh stagnan pada semester II/2020.
Seperti diketahui, Adhi menargetkan industri mamin dapat tumbuh hingga 9 persen tahun ini pada awal 2020. Namun demikian, target tersebut direvisi saat pandemi Covid-19 menyerang menjadi maksimal 4 persen pada akhir tahun ini.
Adapun, industri mamin sepanjang Januari-Juni 2020 telah tumbuh 2,03 persen secara tahunan. Angka tersebut lebih rendah dari realisasi periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 7,4 persen.
Adhi menyatakan pihaknya telah merevisi target pertumbuhan industri mamin pada akhir Juli 2020 menjadi 0 persen. Adapun, perubahan target pertumbuhan tersebut disebabkan oleh prediksi Gapmmi terkait pertumbuhan PDB nasional yang lebih dari 5 persen.