Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diskusi Harga Gas Masih Berlangsung, SKK Migas: POD Sakakemang Harus Tahun Ini

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya optimistis proyek tersebut masih bisa terus berjalan meski terdapat masalah keekonomian proyek karena adanya penurunan harga gas.
Ilustrasi - Di Atas Landasan Repsol SA Casablanca Oil Platform (2016). Bloomberg / Angel Navarrete
Ilustrasi - Di Atas Landasan Repsol SA Casablanca Oil Platform (2016). Bloomberg / Angel Navarrete

Bisnis.com, JAKARTA - SKK Migas menyebut penyusunan proposal pengembangan atau plan of development (POD) Blok Sakakemang yang dilakukan Repsol harus rampung tahun ini.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya optimistis proyek tersebut masih bisa terus berjalan meski terdapat masalah keekonomian proyek karena adanya penurunan harga gas.

SKK Migas, kata dwi, tengah mencari jalan keluar untuk Repsol agar tingkat keekonomian proyek bisa masuk untuk kontraktor.

"Keekonomian tergantung dari investasi kalau investasi lebih bisa efisien maka harga bisa kita tekan," katanya di Jakarta, Jumat (7/8/2020).

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief S. Handoko berpendapat, penurunan harga gas industri pada level US$6 di plant gate menjadi motivasi agar operasi hulu migas bisa efisien dan efektif.

"Agar harga gas di indonesia bisa bersaing dengan harga gas dunia ataupun bersaing dengan energi lain seperti batu bara dan sebagainya," katanya kepada Bisnis, Jumat (7/8/2020).

Sebelumnya, menjelaskan, penetapan harga gas bumi tertentu di titik serah pengguna gas bumi (plant gate) ditetapkan sebesar US$ 6 per MMBTU berdampak kepada keekonomian kontraktor.

Dia mengungkapkan, SKK Migas tengah berdiskusi alot dengan Repsol karena menginginkan penjualan harga gas hulu di atas level US$7 per MMBTU.

"Saat ini kita dari divisi komersial ikut campur dalam penentuan apakah bisa lanjut apa tidak, karena harga keekonomian KKKS Repsol berbeda dengan harga yang bisa kita jual di Indonesia apalagi sekarang kita sudah ada aturan harga US$6," katanya dalam webinar, Kamis (6/8/2020).

Arief mengungkapkan, harga jual gas sangat berpengaruh terhadap Internal Rate of Return (IRR) kontraktor.

Dalam hal ini, harga jual gas yang ditentukan US$6 per MMBTU tidak masuk ke dalam nilai keekonomian Repsol pada proyek Blok Sakakemang.

"Saat ini kita sedang diskusi alot terkait keberlangsungan Repsol," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper