Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Listrik Diproyeksi Masih Melambat Hingga Akhir Tahun

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memperkirakan pertumbuhan konsumsi listrik hingga akhir tahun masih melambat seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi di 2020.
Petugas memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Bendungan Hilir, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Petugas memeriksa meteran listrik di Rumah Susun Bendungan Hilir, Jakarta, Senin (4/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan konsumsi listrik PLN diperkirakan masih akan tumbuh melambat hingga akhir tahun ini.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memperkirakan pertumbuhan konsumsi listrik hingga akhir tahun masih melambat seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi di 2020.

"Karena listrik dibutuhkan untuk menggerakan ekonomi, kalau yang digerakkan terkontraksi, saya kira pertumbuhannya akan melambat," katanya ketika dihubungi Bisnis, Senin (27/7/2020).

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 ini menjadi 1 persen dari semula 2,3 persen. Kontraksi ini dipicu oleh penerapan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) di banyak wilayah Tanah Air.

Perbaikan ekonomi pada dua kuartal terakhir, kuartal II dan kuartal III, akan bergantung pada kebijakan dan langkah pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19.

Adapun secara kumulatif konsumsi listrik PLN sepanjang semester I/2020 tercatat mencapai 119,65 TWh. Realisasi ini tumbuh 0,95 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, Piter menambahkan turunnya permintaan listrik ini memberikan tekanan kepada keuangan PLN. Oleh karena itu, menurutnya, PLN dan pemerintah perlu bahu-membahu supaya permintaan listrik kembali naik sehingga PLN tidak terlalu merugi tahun ini.

"Tekanan PLN besar karena pengguna listrik semakin turun karena dunia usaha enggak beroperasi. Sehingga arus kas yang masuk jauh lebih kecil pada umumnya. Hal-hal ini perlu jadi kajian," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper