Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Bahana: Defisit Anggaran Bisa di Bawah 6 Persen

Penurunan PDB telah mencapai titik terendah pada kuartal II/2020 sehingga penerimaan pajak dapat meningkat pada dua kuartal terakhir tahun ini.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan dalam acara pertemuan bisnis bersama Kementerian Keuangan di Jakarta, Jumat (7/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan dalam acara pertemuan bisnis bersama Kementerian Keuangan di Jakarta, Jumat (7/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi defisit APBN hingga Juni 2020 mencapai Rp257,76 triliun atau sekitar 1,57 persen PDB.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam paparan APBN Kita, Senin (22/7/2020).

Dia mengungkapkan realisasi defisit anggaran tersebut melebar jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp135,1 triliun atau 0,85 persen terhadap PDB.

Namun, dia mengklaim posisi defisit anggaran semester I/2020 masih lebih baik dibanding periode yang sama pada 2016 yang mencapai 1,82 persen.

"Di tahun ini, pelebaran akan terjadi pada semester II/2020 karena belanja-belanja akan meningkat seiring dengan penanganan Covid-19," ujar Sri Mulyani dalam paparan APBN Kita. Sebelumnya, defisit anggaran tahun ini diperkirakan mencapai 6,34 persen.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan pelebaran defisit anggaran tidak akan sebesar target pemerintah.

"Defisit hanya akan berkisar 5,5 persen sampai 6 persen terhadap PDB tahun ini," kata Satria, Rabu (22/7/2020).

Dia melihat penurunan PDB telah mencapai titik terendah pada kuartal II/2020 sehingga penerimaan pajak dapat meningkat pada dua kuartal terakhir tahun ini.

Artinya, penerbitan surat utang akan lebih rendah dari target awal sehingga mengurangi rencana penyerapan oleh Bank Indonesia yang dipatok Rp397 triliun.

Menurut Satria, BI berencana memberi surat utang tenor 5 tahun sebanyak Rp100 triliun, tenor 7 tahun Rp100 triliun, dan tenor 8 tahun Rp97,5 triliun. BI akan memanfaatkan kanal private placement untuk menyerap surat utang tersebut dengan suku bunga yang bervariasi atau floating coupon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper